Baca Ganja – Saat ini sebagian orang mengetahui dua spesies cannabis pada umumnya, cannabis sativa dan cannabis indica. Begitu juga dengan perbedaan efek kedua spesies tersebut jika digunakan. Namun, Dr. Russo memiliki pendapat berbeda.

Dr. Ethan Russo, MD, adalah ahli saraf, peneliti psikofarmakologi, dan Direktur Medis PHYTECS — sebuah perusahaan bioteknologi yang meneliti dan mengembangkan pendekatan inovatif yang menargetkan sistem endocannabinoid manusia.
Sebelumnya, dari tahun 2003 – 2014, ia menjabat sebagai Penasehat Medis Senior dan dokter studi GW Pharmaceuticals untuk uji klinis Sativex® dalam mengurangi nyeri kanker yang tidak responsif terhadap perawatan opioid, dan uji klinis Epidiolex® dalam mengobati epilepsi yang sulit dikendali.
Sativex® (THC dan CBD) dan Epidiolex® (CBD) merupakan obat berbahan ekstrak ganja milik perusahaan farmasi GW Pharmaceuticals di Inggris.
Russo mengabdi sebagai Dewan Penasehat Ilmiah untuk Dewan Botani Amerika. Dia adalah penulis yang menulis banyak buku dan artikel mengenai tanaman ganja, etno-botani, dan obat herbal.
Minat penelitiannya termasuk kaitan penggunaan ganja dalam sejarah dengan mekanisme farmakologis modern, migrain, nyeri kronis, dan interaksi senyawa cannabinoid dalam tubuh.
Dialog Bersama Ethan Russo
Seperti yang dilansir dari situs National Institutes of Health pada tahun 2016, berikut ini adalah percakapan antara Peneliti Cannabis dan Cannabinoid (dalam dialog disingkat PCC), Dr. Daniele Piomelli dengan Dr. Ethan Russo, MD.
PCC: Saya ingin mulai dengan beberapa pertanyaan yang tidak terlalu diperdebatkan. Pertama, dimana asal geografis tanaman cannabis?
Dr. Russo: Ganja berasal dari Asia Tengah dan konon tumbuh di kaki bukit Himalaya. Ada garis bukti yang bertemu di satu titik, termasuk pusat keanekaragaman hayati disana, dan data biokimia yang mendukung ini. Tidak ada jejak kehadirannya di belahan Barat sebelum abad ke-16.
PCC: Apa senyawa utama yang merupakan kontributor utama efek psikoaktif cannabis? Delta-9-THC, cannabidiol (CBD), atau lainnya?
Dr. Russo: Tentu saja Delta-9-THC senyawa psikoaktif cannabis yang terunggul. Delta-8-THC, senyawa yang lebih stabil terhadap panas, mungkin sedikit kurang psikoaktif, namun hanya ada sedikit jejak sebagai analisis laboratorium. Cannabinol adalah produk pemecahan oksidatif non-enzimatik THC, terlihat pada kanabis yang sudah berumur, dan sekitar 25% dari potensi THC. Tetrahydrocannabivarin (THCV) adalah antagonis netral pada reseptor CB-1 dalam dosis rendah, tetapi agonis dalam dosis tinggi, dan tentu saja psikoaktif, tetapi jarang terlihat dalam larutan titer yang tinggi pada varietas ganja yang tersedia pada umumnya. Terakhir, walaupun cannabidiol (CBD) tidak bersifat psikoaktif, CBD jelas memiliki efek anti-cemas, anti-psikotik, dan bahkan anti-depresan, sehingga CBD harus dianggap psikoaktif dengan kualifikasi ini.
Baca juga: Senyawa baik dalam ganja selain THC dan CBD
PPC: Bagaimana dengan sifat medis lainnya dari tanaman cannabis? Misalnya, tindakan anti-inflamasi lokal yang dipuji oleh beberapa penulis kuno?
Dr. Russo: CBD adalah analgesik anti-inflamasi serbaguna melalui berbagai mekanisme yang berbeda, dan berbagai cannabinoid kecil lainnya serta terpenoid dalam kanabis tentu dapat berkontribusi terutama pada sifat teurapetik kanabis. Banyak ilmu dasar dan bahkan data uji klinis mendukung konsep sinergi herbal kanabis diluar efek senyawa tunggal. Kita hanya melihat paling awal dari potensi terapi dari tanaman ini!
Baca juga: Bagaimana CBD bekerja di dalam tubuh?
PCC: Bisakah Anda menjelaskan apa yang dimaksud dengan efek rombongan (yang bersinergi) sebagaimana berkaitan dengan kanabis?
Dr. Russo: Konsep ini pertama kali dianut oleh dokter Mechoulam dan Ben-Shabat lebih dari 15 tahun yang lalu (tahun 1990-an), menjelaskan bagaimana komponen tertentu dari sistem endocannabinoid meningkatkan efek terapi dari pemain utamanya, anandamide dan 2-arachidonylglycerol (2-AG). Dengan demikian, ini mirip dengan simfoni, dimana banyak musisi mendukung dan menyelaraskan melodi yang disediakan oleh solois. Analogi yang sama cocok dengan fenomena sinergis yang diamati di kanabis, yang berbagai senyawa komponennya meningkatkan dan memuji komponen yang lebih dikenal, THC dan CBD.
Baca juga: Sistem endocannabinoid, penyatu mahkluk hidup dan ganja
PCC: Orang-orang telah memilih berbagai varietas kanabis dalam waktu yang cukup lama saat ini. Berharap nantinya manusia dapat memilih mendapatkan efek substansial psikoaktif dan sifat medis kanabis. Apakah ini benar?
Dr. Russo: Benar! Walaupun selalu ada varietas kanabis yang sangat poten untuk ditemukan, varietas ini pasti lebih banyak tersedia saat ini karena pembiakan selektif dan teknik kultur yang menghasilkan ganja, atau sinsemilla, yaitu bunga betina yang tidak dibuahi. Tanaman menempatkan semua energinya ke dalam produksi cannabinoid dan terpenoid kanabis alih-alih menghasilkan biji. Sayangnya, sampai saat ini, hampir semua upaya dalam pembiakan mengarah kepada tingkat senyawa THC yang lebih tinggi daripada senyawa CBD yang lebih aman dan bisa dibilang lebih teurapetik. Pemilihan pembiakan untuk kemajuan medis adalah fenomena relatif baru yang sekarang semakin cepat.
Spesies Cannabis Sativa vs Cannabis Indica
PCC: Sekarang, pindah ke sesuatu yang lebih kontroversial. Berikut ini adalah pernyataan yang dapat ditemukan di situs web: “Sudah diterima secara luas bahwa ganja memiliki dua spesies berbeda: cannabis indica dan cannabis sativa.” Ini tentu merupakan pendapat naturalis hebat abad ke-18, Jean-Baptiste Lamarck, tapi apakah para ahli botani akademik hari ini setuju dengan pernyataan ini?
Dr. Russo: Ahli taksonomi botani tidak pernah menyetujui apapun untuk waktu yang lama! Mengutip ungkapan kuno bahasa Yiddish: ’12 ahli taksonomi botani, 25 pendapat berbeda’. Banyak ahli botani klasik berpendapat bahwa kanabis sebagai satu spesies polimorfik berdasarkan kemampuan semua jenisnya untuk kawin. Namun, jika ini benar, ratusan gesneriad neotropis (anggota Gesneriaceae dari keluarga violet Afrika) semua akan menjadi satu spesies karena mereka siap hibridisasi dan menghasilkan keturunan yang subur. Jelas bahwa ada banyak kemotipe kanabis: THC dominan, CBD dominan, dan tipe campuran. Ini adalah klasifikasi dasar yang baik, tapi juga dimungkinkan untuk berkembang biak secara selektif untuk kemotipe lain yang mengekspresikan titer tinggi THVC, cannabidivarin, cannabichromene, dan bahkan yang memproduksi 100% cannabinoidnya sebagai cannabigerol, atau yang lain tanpa cannabinoid sama sekali. Perdebatan berlanjut. Beberapa mendukung kanabis sebagai spesies tunggal, sementara yang lain menggambarkan hingga empat varietas; cannabis sativa, cannabis indica, cannabis ruderalis, dan cannabis afghanica (atau kafiristanica).
PCC: Beberapa pengguna menggambarkan efek psikoaktif cannabis indica dan sativa berbeda, bahkan berlawanan. Tapi apakah mereka benar? Selain laporan sendiri dari pengguna, adakah bukti kuat untuk spesies kanabis yang berbeda secara farmakologis?
Dr. Russo: Ada varietas kanabis yang berbeda secara biokimia, tetapi perbedaan sativa/indica seperti yang biasa diterapkan dalam literatur awam adalah penuh omong kosong dan sia-sia. Seseorang tidak dapat dengan cara apapun menebak kandungan biokimia tanaman kanabis yang diberikan berdasarkan ketinggian, percabangan, atau morfologi daunnya. Tingkat perkawinan silang/hibridisasi itu sendirilah yang menguji biokimia, yang memberitahu konsumen atau ilmuwan potensial apa yang sebenarnya ada di dalam tanaman. Adalah penting bahwa perdagangan kedepannya memungkinkan untuk menyediakan akurasi dan kelengkapan deskripsi cannabinoid dan terpenoid.
PCC: Sativa sering digambarkan sebagai penyemangat dan energik, sedangkan indica sebagai yang santai dan menenangkan. Bisakah Anda berspekulasi tentang apa yang dapat menjadi dasar untuk perbedaan yang dirasakan ini?
Dr. Russo: Kita semua lebih menyukai teori sederhana untuk menjelaskan sistem yang kompleks, tapi ini sia-sia dan bahkan berpotensi bahaya dalam konteks obat psikoaktif seperti kanabis. Sekali lagi, perlu untuk mengukur senyawa biokimia dari kanabis yang diberikan dan menghubungkannya dengan efek yang diamati pada pasien nyata. Diluar dari meningkatnya jumlah senyawa CBD dominan dalam beberapa tahun terakhir, hampir semua ganja di pasar berasal dari senyawa THC tinggi. Perbedaan dalam efek yang diamati pada kanabis adalah kandungan terpenoidnya, yang jarang diuji, apalagi dilaporkan kepada konsumen potensial. Keadaan tenang yang terdapat pada varietas indica secara keliru dikaitkan dengan konten CBD ketika, pada kenyataannya, CBD merangsang dalam dosis rendah dan sedang! Sebaliknya, keadaan tenang pada pada varietas kanabis umumnya disebabkan oleh komponen myrcene, sebuah monoterpene dengan efek yang sangat tenang yang menyerupai narkotika. Sebaliknya, kandungan limonen yang tinggi (umumnya pada kulit jeruk) akan meningkatkan mood, sementara keberadaan terpene yang relatif jarang di kanabis, alpha-pinene, dapat secara efektif mengurangi atau meng-eleminasi gangguan memori jangka pendek yang diinduksi oleh THC.
PCC: Menurut Anda bagaimana seseorang dapat mengalamatkan pembagian sativa/indica secara ilmiah?
Dr. Russo: Karena para ahli taksonomi tidak dapat menyetujui, saya sangat mendorong komunitas ilmiah, pers, dan masyarakat untuk meninggalkan nomenklatur sativa/indica dan lebih menekankan bahwa uji biokimia yang akurat pada deskripsi cannabinoid dan terpenoid tersedia untuk kanabis di pasar medis maupun rekreasi. Keakuratan ilmiah dan permintaan kesehatan masyarakat tidak kurang dari ini.
PCC: Terimakasih, Dr. Russo. Kami semua menghargai wawasan Anda tentang topik yang kontroversial, kompleks, dan sangat penting ini.
Spesies cannabis – Spesies cannabis