Baca Ganja – Dalam kehidupan tokoh beriman seperti Nabi Musa, Nabi Yesaya, dan Raja Salomo, diduga adanya penggunaan ganja dalam kehidupan mereka. Seberapa besar indikasi keberadaan ganja di Alkitab (Perjanjian Lama)?
Sebelum membahas topik ini lebih dalam, diperingatkan kembali bahwa artikel ini bertujuan untuk membahas indikasi keberadaan ganja di Perjanjian Lama dan tidak ada maksud menyinggung kepercayaan orang lain.
Ganja diketahui sudah digunakan manusia sejak 12.000 tahun yang lalu. Digunakan sebagai penghasil serat, membuat tali kapal, jaring, pakaian, kertas, bahan makanan, dan obat-obatan. Karena banyaknya manfaat yang bisa dihasilkan dari tanaman ganja, kontroversi pun bermunculan mengenai tanaman ini.
Indikasi keberadaan ganja di Alkitab Perjanjian Lama dalam kehidupan tokoh agama jaman dulu pun timbul. Seorang penulis bernama Chris Benett mencoba menjelaskan dalam artikelnya berjudul “Kaneh Bosm: The Hidden Story Of Cannabis in The Old Testament.”
Menurut dugaannya, penggunaan ganja yang telah menyuburkan manusia lebih dari ribuan tahun yang lalu, juga digunakan oleh para nabi Perjanjian Lama untuk kepentingan ritual di jamannya.
Dugaan Kesalahan dalam Terjemahan Kitab Perjanjian Lama Bahasa Ibrani
Pada tahun 1936, Sula Benet, seorang etimologis dari Institute of Anthropological Sciences di Warsaw, Polandia, menunjukkan bukti kuat penggunaan ganja di jaman Nabi Musa. Kata kanabis (cannabis) dianggap berasal dari bahasa Scythian, bangsa yang pertama kali muncul di daerah-daerah dimana bangsa Israel telah diasingkan.
Benet menunjukkan bahwa ada asal-usul lebih awal dalam bahasa Semitik, seperti bahasa Ibrani. Ia pun menjelaskan bahwa dalam teks asli bahasa Ibrani dalam Perjanjian Lama, ada referensi tentang ganja (kanabis), dan muncul beberapa kali dalam kitab tersebut. Baik sebagai dupa, yang merupakan bagian integral dari perayaan keagamaan, maupun sebagai proses spiritualisasi.
Sula Benet menjelaskan kanabis (ganja) dalam bahasa Ibrani disebut kaneh-bosm (קְנֵה-בֹשֶׂם), dan dalam bahasa Ibrani kuno disebut kaneh atau kannabus. Arti dasar kan dalam struktur kata ini artinya “alang-alang” atau “hemp”, sedangkan bosm artinya “aromatik”.
Menurut Sula Benet, kata kaneh-bosm di salah terjemahkan sebagai tanaman calamus, tanaman rawa yang tidak memiliki nilai dan kualitas yang dianggap sebagai kaneh-bosm.
Kesalahan terjemahan terjadi di Kitab Septuaginta, Kitab bahasa Yunani tertua yang diterjemahkan dari Kitab Perjanjian Lama Ibrani di awal tahun masehi, dan diikuti dengan pengulangan dalam banyak bahasa sebagai dasar kitab Perjanjian Lama Alkitab Kristen.
Dalam Kitab Septuaginta, kaneh-bosm dipercaya sebagai tanaman Calamus atau dalam bahasa Indonesia disebut jeringau.
Kata ‘kaneh‘ atau ‘kaneh-bosm‘ muncul sebanyak lima kali dalam Kitab Perjanjian Lama teks bahasa Ibrani di Kitab Keluaran (Exodus), Kidung Agung (the Songs of Songs), Yesaya (Isaiah), Yeremia (Jeremiah) dan Yehezkiel (Ezekiel).
Referensi Pertama Kaneh-Bosm
Nabi Musa dan Minyak Urapan Kudus
Penyebutan pertama tentang kaneh-bosm dalam Perjanjian Lama muncul bersamaan dengan Nabi Musa. Dalam sejarah spiritual kenabiannya, Nabi Musa menemukan ‘malaikat Tuhan’ dalam bentuk nyala api yang muncul dari semak berduri.
“Karakter suci tanaman ganja pada jaman Alkitab terbukti dari kitab Keluaran 30 : 22-33, dimana Musa diinstruksikan oleh Tuhan untuk mengurapi Kemah Pertemuan dan semua perabotannya dengan minyak yang disiapkan secara khusus yang mengandung (ganja) hemp.” jelas Benet.
Benet pun menjelaskan bahwa pengurapan dilakukan untuk memisahkan sesuatu yang kudus dengan sesuatu yang bersifat sekuler. Pengurapan benda-benda kudus adalah tradisi kuno bangsa Israel, dan minyak urapan kudus tidak boleh digunakan untuk tujuan sekuler.
Perbedaan dalam Penerjemahan Teks
Dalam Teks Perjanjian Lama Ibrani kata kaneh-bosm yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris juga memiliki perbedaan, ada yang menerjemahkan kaneh-bosm sebagai calamus, ada pula yang menerjemahkannya sebagai sweet-cane (tebu manis).
(Keluaran 30 : 23) Versi : New English Translation
“Take choice spices twelve and a half pounds of free-flowing myrrh, half that – about six and a quarter pounds – of sweet-smelling cinnamon, six and a quarter pounds of sweet-smelling cane (kaneh-bosm)…”
(Keluaran 30 : 23) Versi : King James Version
“Take thou also unto thee principal spices, of pure myrrh five hundred [shekels], and of sweet cinnamon half so much, [even] two hundred and fifty [shekels], and of sweet calamus (kaneh-bosm) two hundred and fifty [shekels]..”
(Keluaran 30 : 23) Versi : Alkitab Terjemahan Baru
“Ambillah rempah-rempah pilihan, mur tetesan lima ratus syikal, dan kayu manis yang harum setengah dari itu, yakni dua ratus lima puluh syikal, dan tebu (kaneh-bosm) yang baik dua ratus lima puluh syikal,.. “
Disadari ataupun tidak, ada perbedaan arti dalam Alkitab versi bahasa Inggris itu sendiri. Dan dalam Alkitab Indonesia versi Terjemahan Baru, kata asli “kaneh-bosm” diartikan sebagai tebu.
Pada jaman Nabi Musa, kanabis digunakan sebagai halusinogen topikal oleh para pemuja kuno dewi Ashera yang dikenal sebagai ratu surga atau dewi bangsa Ibrani. Para cenayang pemuja Ashera mencampur resin kanabis dengan mur, balsam, kemenyan, dan parfum. Dipakai untuk mengurapi tubuh dan juga untuk dibakar.
Imam Kanabis
Teks (Keluaran 30 : 32-33)
30:32 “Kepada badan orang biasa janganlah minyak itu dicurahkan, dan janganlah kaubuat minyak yang semacam itu dengan memakai campuran itu juga: itulah minyak yang kudus, dan haruslah itu kudus bagimu.”
30:33 “Orang yang mencampur rempah-rempah menjadi minyak yang semacam itu atau yang membubuhnya pada badan orang awam, haruslah dilenyapkan dari antara bangsanya.”
Teks Kitab Perjanjian Lama diatas jelas memperkuat minyak urapan sebagai hal yang kudus. Nabi Musa dan Imam bangsa Lewi menjaga penggunaannya, dan menegakkan larangan sebagai perintah Allah agar setiap pelanggar hukum “dilenyapkan dari antara bangsanya”.
Asap dalam Kemah
Sebelum adanya penemuan pipa sebagai alat hisap , Chris Benett meyakini bahwa pada jaman kuno orang-orang membakar ganja dan herbal lainnya di dalam kemah, sehingga lebih banyak asap yang ditangkap dan dihirup.
Bangsa Scythian Kuno — bangsa nomaden (pengembara) — yang bepergian dan menetap secara luas di seluruh Eropa, Mediterania, Asia Tengah, dan Rusia. Mereka membakar ganja di dalam tenda kecil dan menghirup asap untuk tujuan ritual dan rekreasi.
Sebagaimana kanabis tertulis secara langsung sebagai dupa dalam teks Kitab Perjanjian Lama Ibrani, nampaknya Musa dan imamat bangsa Lewi membakar bunga dan serbuk sari kanabis bersama dengan minyak dan dupa yang diperintahkan Allah untuk mereka buat.
(Keluaran 30 : 8) Versi : New English Translation
“When Aaron sets up the lamps around sundown he is to burn (kaneh-bosm) incense on it; it is to be a regular incense offering before the Lord throughout your generations.”
(Keluaran 30 : 8) Versi : Alkitab Terjemahan Baru
“Juga apabila Harun memasang lampu-lampu itu pada waktu senja, haruslah ia membakar (kaneh-bosm)-nya sebagai ukupan yang tetap di hadapan TUHAN di antara kamu turun-temurun.”
Hubungan dengan Bangsa Scythian
Sejarah mencatat bahwa bangsa Scythian dan Ibrani jaman dulu saling berhubungan dalam perdagangan barang dan pengetahuan. Tidak mengejutkan jika menemukan persamaan teknik dalam menggunakan kemah untuk menahan asap. Benet berkomentar tentang hubungan yang sering diabaikan antara kedua bangsa ini.
“Bangsa Scythian berpartisipasi dalam perdagangan dan perang bersama bangsa Semit kuno selama setidaknya satu milenium sebelum Herodotus bertemu mereka di abad ke-5 SM. Alasan yang membingungkan dan relatif tidak jelas atas peran bangsa Scythian dalam sejarah dunia adalah fakta bahwa mereka dikenal oleh orang Yunani sebagai orang Skit, tetapi bagi bangsa Semit menyebutnya orang Ashkenaz.”
“Referensi paling awal tentang orang-orang Ashkenaz muncul dalam Alkitab Kejadian 10 : 3, dimana tertulis bahwa keturunan Gomer — cicit dari Nuh — ialah Ashkenaz.” jelas Sula Benet.
Wujud dalam Asap
Teks Perjanjian Lama Ibrani mengungkapkan bahwa Yahweh “datang kepada Musa dan muncul dari tengah-tengah awan” dan awan tersebut berasal dari asap pembakaran dupa. Seperti yang ditulis oleh sejarahwan Raphael Patai dalam bukunya The Hebrew Goddess, “Yahweh hanya memperlihatkan penampakan sementara di kemah pertemuan. Dia bertamu dan menunjukkan diri untuk tujuan luar biasa.”
Zarathustra, seseorang yang dikenal bijaksana dari Persia kuno, dan juga seorang monoteis seperti Musa, juga mendengar suara tuhannya yang disebut Ahura Mazda, ketika dalam tingkat kesadaran spiritual yang dihasilkan oleh kanabis. Dalam kitabnya, Zend-Avesta, ia menyebut bhang (minuman berbahan ganja) sebagai ‘narkotika yang baik’.
Wawasan yang diperoleh dari penggunaan ganja, baik dihirup dalam Kemah Tabernakel atau digunakan secara topikal, dapat ditafsirkan oleh Musa sebagai pesan dari Tuhan. Ini mirip dengan cenayang yang menafsirkan pengalaman mereka dengan tanaman halusinogen yang mengandung wahyu ilahi.
Kesadaran Kanabis
Dalam bukunya berjudul The Origin of Consciousness in the Breakdown of the Bicameral Mind, Julian Jaynes memberikan penjelasan menarik tentang bagaimana perkembangan kesadaran mungkin terjadi. Berikut penjelasan dari teori Jaynes.
Karena tidak adanya kemampuan dalam ber-intropeksi, orang jaman dulu menggunakan halusinasi pendengaran sebagai fungsi kognitif yang lebih tinggi — suara Tuhan benar terdengar seperti dalam Perjanjian Lama — yang memberi tahu seseorang apa yang harus dilakukan dalam keadaan yang baru ataupun tertekan.
Aku adalah Aku
Teks (Keluaran 3 : 14)
Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.”
Jika mengutip teks Alkitab diatas, mungkinkah perintah yang diberikan Tuhan kepada Musa dan nabi-nabi dalam Alkitab lainnya merupakan awal dari kesadaran diri manusia sepenuhnya? Otak manusia memiliki reseptor unik untuk mengikat senyawa dalam ganja, terletak di area yang mengatur pemikiran dan memori yang lebih tinggi.
Mungkinkah bahasa dan penggunaan tanaman psikoaktif seperti ganja melahirkan pemikiran yang mendalam dan batiniah? Dan apakah ciri khas pertama dari kemampuan berpikir yang mendalam ini akan membuat perintah-perintah Allah menjadi kurang sakral?
Kemunculan Kanabis yang Kedua di Perjanjian Lama
Indikasi keberadaan ganja di Alkitab (Perjanjian Lama) muncul dengan nama kaneh, yang berhubungan dengan Raja Salomo. Dalam Kitab Kidung Agung Salomo, yang merupakan salah satu karya tulis paling indah dalam Perjanjian Lama, Salomo menyebut kata kaneh untuk menggambarkan mempelai wanita.
Dalam kitab Perjanjian Lama (Kidung Agung 4 : 8-14) yang berisi puisi-puisi indah untuk mempelai wanita, ada sebutan kanabis untuk menggambarkan betapa indahnya sang mempelai wanita.
(Kidung Agung 4 : 14) Versi : New English Translation
4:14 “nard and saffron; calamus (kaneh) and cinnamon with every kind of spice, myrrh and aloes with all the finest spices.”
(Kidung Agung 4 : 14) Versi : Alkitab Terjemahan Baru
4:14 “narwastu dan kunyit, tebu (kaneh) dan kayu manis, dengan segala jenis pohon kemenyan, mur, dan gaharu, dengan segala jenis rempah-rempah terpilih.”
Salomo dan Ratu Surga
Buku berjudul The Temple and the Lodge, yang ditulis oleh M. Baigent dan R. Leigh, penulis menyatakan bahwa Kidung Agung Salomo adalah sebuah pujian dan seruan untuk dewi bangsa Fenisia bernama Asytoret (Astarte).
Penulis menunjukkan bahwa Asytoret secara umum disembah di pegunungan dan puncak bukit, dan merujuk pada kutipan dari 1 Raja-raja 3 : 3
“Dan Salomo menunjukkan kasihnya kepada TUHAN dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya; hanya, ia masih mempersembahkan korban sembelihan dan ukupan di bukit-bukit pengorbanan.“
Bukti eksplisit hubungan antara Salomo dan Asytoret tertulis dalam kitab 1 Raja-raja 11 : 4-5.
11:4 “Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya.”
11:5 “Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom , dewa kejijikan sembahan orang Amon,..”
Spiritual Bangsa Scythian
Praktek membakar dupa di tempat tinggi untuk memuja Asytoret yang dilakukan Salomo, merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh bangsa Scythian, yang membakar kanabis di goa pegunungan dan mensakralkan praktek tersebut menurut versi dewi besar mereka, Tabiti-Hestia.
Penemuan arkeologi menunjukkan bahwa penyembahan dewa-dewa Kanaan kuno merupakan kesatuan utuh dari agama orang Ibrani, hingga akhir monarki bangsa Ibrani. Pemujaan terhadap dewi memainkan peran yang lebih penting dalam agama masyarakat kala itu daripada penyembahan para dewa.
Referensi Kanabis yang Ketiga
Tuhan Menginginkan Herbal
Referensi selanjutnya yang mengarah pada kaneh-bosm muncul dalam kitab Yesaya 43 : 24, dimana tercatat Allah menegur bangsa Israel, antara lain, tidak menyediakan ramuan herbal suci bagiNya.
Versi : New English Translation
“You did not buy me aromatic reeds (kaneh-bosm); you did not present to me the fat of your sacrifices. Yet you burdened me with your sins; you made me weary with your evil deeds.”
Versi : Alkitab Terjemahan Baru
“Engkau tidak membeli tebu wangi (kaneh-bosm) bagi-Ku dengan uang atau mengenyangkan Aku dengan lemak korban sembelihanmu. Tetapi engkau memberati Aku dengan dosamu, engkau menyusahi Aku dengan kesalahanmu.”
Kejadian dalam Rumah Penuh Asap
Dalam teks kitab Yesaya 6 : 4-7 tertulis;
6:4 “Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap.“
6:5 “Lalu kataku: “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.”
6:6 “Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah.“
6:7 “Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.”
Menjadi Malaikat
Ahli arkeologi John M. Allegro, dalam bukunya The Sacred Mushroom and the Cross, menunjukkan bahwa orang-orang kuno percaya tanaman psikoaktif adalah gerbang ke alam lain, dan menganggap mereka sebagai malaikat. Merujuk pada teks Yesaya 6:6, “Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku…”
Dalam bahasa Ibrani, secara harfiah serafim artinya yang terbakar, atau berapi.
Cenayang dalam Samaran Malaikat
Makhluk bersayap yang muncul di Yesaya dan di kitab nabi-nabi lainnya, memiliki indikasi yang dipercaya bukan malaikat yang sebenarnya, melainkan cenayang kuno yang memakai kostum rumit dan melakukan proses spiritualisasi. Kesadaran spiritual ditingkatkan oleh penggunaan asap kanabis dan senyawa psikotropika. Seperti jamur anamita muscaria, tanaman mandrake, dan lainnya.
Ritual jenis ini secara umum dilakukan di wilayah Timur Tengah kuno, dan sering melibatkan penggunaan kostum dan topeng bersayap seperti yang dilakukan oleh penjelajah Eropa awal.
Sayap pada malaikat dapat dilambangkan sebagai kemampuan untuk melakukan perjalanan antara ‘dua dunia’. Misalnya, gambaran dewa Yunani, Hermes, yang memiliki kaki bersayap yang dapat menjadi utusan antara manusia dan dewa.
Minum Melalui Asap Suci
Dalam bahasa Ibrani, Serafim artinya ‘yang terbakar’. Penggunaan hashish dengan cara dibakar mirip seperti pembakaran dupa dan bara. Tak sulit membayangkan seorang cenayang kuno mengangkat bara hashish ke bibir Nabi Yesaya.
Setelah bara terangkat ke arah bibirnya, kesalahan dan dosa Nabi Yesaya dihapuskan. Hal tersebut dapat disamakan dengan cara para sadhu Hindu melakukan ritual dengan mengangkat chillum mereka ke ‘mata ketiga’ dan berseru ‘Boom Shiva’. Tindakan tersebut menunjukkan hilangnya ego dan menyatu dengan Siwa.
Baca juga: Penggunaan Ganja dalam Agama Hindu.
Referensi Kanabis yang Keempat
Kanabis (kaneh) Berasal dari Negeri yang Jauh
Indikasi keberadaan ganja di Alkitab (Perjanjian Lama) Ibrani terdapat di kitab Yeremia, yang pada saat itu selera Yahweh terhadap ramuan herbal menurun. Teks dalam kitab Yeremia menguatkan bukti sejarah bahwa kaneh atau kanabis berasal dari wilayah Asia Tengah yang jauh dari tanah Israel.
Yeremia 6 : 20
Versi: New English Translation
” I take no delight when they offer up to me frankincense that comes from Sheba or sweet-smelling cane (kaneh) imported from a faraway land. I cannot accept the burnt offerings they bring me. I get no pleasure from the sacrifices they offer to me.”
Versi : Alkitab Terjemahan Baru
“Apakah gunanya bagi-Ku kamu bawa kemenyan dari Syeba dan tebu (kaneh) yang baik dari negeri yang jauh? Aku tidak berkenan kepada korban-korban bakaranmu dan korban-korban sembelihanmu tidak menyenangkan hati-Ku.”
Referensi Kanabis yang Terakhir (Kelima)
Perdagangan dengan Bangsa Tirus
Indikasi keberadaan ganja di Alkitab (Perjanjian Lama) terakhir muncul dalam kitab Yehezkiel, di bagian yang disebut ‘Nyanyian ratapan mengenai Tirus’. Kerajaan Tirus tidak menyukai Yahweh, dan kanabis muncul sebagai salah satu dari banyaknya barang yang diterima oleh bangsa Tirus, bangsa pedagang di banyak pantai.
Bagian ini secara tak langsung merujuk pada kisah Raja Salomo. Diketahui, raja bangsa Tirus berperan sangan penting dalam pembangunan kuil Salomo.
Yehezkiel 27 : 19
Versi : New English Translation
“and casks of wine from Izal they exchanged for your products. Wrought iron, cassia, and sweet cane (kaneh) were among your merchandise.”
Versi : Alkitab Terjemahan Baru
“dan anggur ditukarkan mereka ganti barang-barangmu; besi yang sudah dikerjakan dari Uzal, kayu teja dan tebu (kaneh) ada di antara barang-barang daganganmu.”
Dari Suka Menjadi Tidak Suka
Dari lima referensi tentang kaneh dan kaneh-bosm, tiga referensi kanabis pertama muncul atas dukungan Yahweh, referensi keempat muncul dalam ketidaksukaanNya, dan yang kelima muncul dalam daftar kerajaan yang telah hilang dari anugerah Yahweh.
Orang pasti mempertanyakan kontradiksi yang terlihat, dan jawabannya dapat ditemukan dalam kisah penindasan pemuja Ashera atau Astarter, Ratu Surga kuno. Dalam buku The Chalice and the Blade, Riane Eisler menjelaskan:
“Tentu ada beberapa singgungan mengenai ini dalam Alkitab itu sendiri. Nabi Ezra, Hosea, Nehemia, dan Yeremia terus-menerus menentang ‘kekejian’ penyembahan dewa-dewa lain. Mereka terutama marah kepada para pemuja ‘Ratu Surga’ dan amarah terbesar mereka terhadap ‘ketidaksetiaan putri Yerusalem’ yang dianggap ‘murtad’.”
Ikatan antara kanabis dan ‘Ratu Surga’ yang paling jelas terdapat di kitab Yeremia 44, dimana patriarki kuno tampak prihatin dengan penyembahan Ratu Surga terus-menerus, terutama pembakaran dupa kanabis untuk menghormatinya.
Perlu diingat kembali penggunaan ganja yang didokumentasikan oleh cenayang Ashera dari pra-reformasi Yerusalem, yaitu dengan mengurapi kulit mereka dengan campuran ganja serta membakarnya sebagai dupa.
Yeremia 44 : 15-17
44:15 “Lalu menjawablah kepada Yeremia semua orang laki-laki yang tahu bahwa isteri mereka membakar korban kepada allah lain,…”
44:16 “Mengenai apa yang kaukatakan demi nama Allah kepada kami itu, kami tidak akan mendengarkan engkau,”
44:17 “tetapi kami akan terus melakukan segala apa yang kami ucapkan, yakni membakar (dupa dan) korban kepada ratu sorga dan mempersembahkan korban curahan kepadanya seperti telah kami lakukan, kami sendiri dan nenek moyang kami dan raja-raja kami dan pemuka-pemuka kami di kota-kota Yehuda dan di jalan-jalan Yerusalem. Pada waktu itu kami mempunyai cukup makanan; kami merasa bahagia dan tidak mengalami penderitaan.”
Larangan dalam Alkitab
Referensi ayat Yeremia kepada para raja dan pangeran sebelumnya yang membakar dupa untuk Ratu Surga dapat dilihat merujuk pada Raja Salomo, putra dari Rehoboam. Tokoh kunci Alkitab lainnya yang melarang penggunaan ganja dan penyembahan Ratu Surga adalah Raja Hizkia dan cicitnya, Josiah.
2 Raja-raja 18:4 melaporkan tentang Hizkia, bahwa:
“Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan.”
Alkitab melaporkan bahwa raja-raja sebelum Hizkia “mendirikan tugu-tugu dan tiang-tiang di setiap bukit tinggi, dan dibawah setiap pohon-pohon hijau; dan mereka membakar dupa di sana, di setiap bukit-bukit pengorbanan…” (2 Raja-raja 17:11)
Penemuan Kitab Misterius
Penemuan misterius Kitab Perjanjian terjadi di masa pemerintahan Raja Yosia. Setelah diberitahu mengenai peraturan baru, kemarahan Yosia terhadap pembakar dupa jauh lebih keras daripada kakek buyutnya, Hizkia. Alkitab menggambarkan tindakannya dalam kitab 2 Raja-raja 23.
2 Raja-raja 23
23:2 “Kemudian pergilah raja ke rumah TUHAN dan bersama-sama dia semua orang Yehuda dan semua penduduk Yerusalem, para imam, para nabi dan seluruh orang awam, dari yang kecil sampai yang besar. Dengan didengar mereka ia membacakan segala perkataan dari kitab perjanjian yang ditemukan di rumah TUHAN itu.“
23:3 “Sesudah itu berdirilah raja dekat tiang dan diadakannyalah perjanjian di hadapan TUHAN untuk hidup dengan mengikuti TUHAN, dan tetap menuruti perintah-perintah-Nya, peraturan-peraturan-Nya dan ketetapan-ketetapan-Nya dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan untuk menepati perkataan perjanjian yang tertulis dalam kitab itu. Dan seluruh rakyat turut mendukung perjanjian itu.”
23:13 “Raja menajiskan bukit-bukit pengurbanan yang berada di sebelah timur Yerusalem, yang terdapat di Bukit Kehancuran, yang dibangun oleh Salomo, raja Israel, untuk Asytoret, dewi kejijikan orang Sidon, untuk Kamos, dewa kejijikan orang Moab, serta untuk Milkom, dewa kekejian bangsa Amon.”
23:24 “Para pemanggil arwah, dan para pemanggil roh peramal, juga terafim, berhala-berhala dan segala dewa kejijikan yang terlihat di tanah Yehuda dan di Yerusalem, dihapuskan oleh Yosia dengan maksud menepati perkataan Taurat yang tertulis dalam kitab yang telah didapati oleh imam Hilkia di rumah TUHAN.”
Indikasi Keberadaan Ganja dalam Kehidupan Nabi
Walaupun indikasi keberadaan ganja di Alkitab Perjanjian Lama atau dalam kehidupan spiritual nabi jaman dulu dinilai sangat kecil, namun indikasi keberadaan ganja tersebut benar adanya sebagai fakta, dengan bantuan catatan sejarah dan pemikiran logika.
Gambar mosaik di Gereja Katedral Monreale, Sisilia, yang dibangun pada tahun 1267. Penggambaran tanaman ganja di bukit ketika Yesus sedang menyembuhkan orang buta. Baca selengkapnya disini bagaimana senyawa dalam ganja bekerja dalam tubuh dan memberikan efek medis.
-Indikasi Keberadaan Ganja di Alkitab Perjanjian Lama.
Referensi :
-zzco.org/z/chris_bennett/kanehb.html
-Early Diffusions and Folk Uses of Hemp by Sula Benet;1975
-Green Gold the Tree of Life by Chris Benett,J.Osburne,L.Osburne;1995
-The Hebrew Goddess by Raphael Patai;1967
-The Temple and the Lodge by Baignet and Leigh;1989