Baca Ganja – Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia yang dimulai dari empat ribu tahun yang lalu (±2.500 SM) di Lembah Indus, di wilayah Pakistan dekat India. Ganja dalam Hindu dikaitkan dengan aliran dalam agama tersebut.
Tidak seperti agama lain, Hinduisme tidak memiliki satu pendiri melainkan merupakan perpaduan dari berbagai kepercayaan. Banyak aliran dalam Hinduisme seperti Saiwa, Waisnawa, dan Sakta.
Saiwa merupakan aliran yang menyembah dewa Siwa. Waisnawa lebih menitik beratkan pada pemujaan dewa Wisnu, sedangkan Sakta berfokus pada pemujaan Dewi yang merupakan Ibu Dewi bagi umat Hindu.
Ganja dalam Teks Kitab Suci Veda
Veda adalah kumpulan besar teks-teks agama Hindu yang berasal dari India kuno. Disusun dalam bahasa Sansekerta Veda, teks-teks tersebut merupakan yang tertua dari literatur Sansekerta dan Kitab Suci tertua Hinduisme.
Kitab Suci Veda adalah kumpulan Samhita dari 4 Veda, yaitu:
- Rig-veda : “Pengetahuan tentang Nyanyian Pujian”
- Yajur-veda : “Pengetahuan Melodi”
- Sama-veda : “Pengetahuan tentang resep Kurban”
- Atharva-veda : “Pengetahuan tentang resep Sakti”
Tanaman ganja adalah salah satu tanaman yang digunakan untuk mempersiapkan soma pada jaman Veda (1.500 SM – 500 SM). Soma adalah minuman ritual memabukkan yang sangat dipuji di Kitab Suci Rig-Veda (ditulis tahun 1.700 SM – 1.100 SM).
Dalam Atharva-veda (ditulis tahun 1.500 SM – 1.000 SM) juga ada disebutkan bahwa bhang merupakan salah satu dari lima tanaman suci yang menghilangkan kecemasan.
“To the five kingdoms of the plants which Soma rules as Lord we speak.
darbha, hemp, barley, mighty power: may these deliver us from woe,” — Diterjemahkan oleh Ralph. T. H. Griffith, (Atharva-veda 11.6.15)
“The five kingdoms of plants, having Soma as their chief, we address;
the darbha, hemp, barley, saha — let them free us from distress.” — Diterjemahkan oleh William Dwight Whitney, (Atharva-veda 11.6.15)
yang artinya jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah…
Untuk lima kerajaan tanaman, dengan Soma sebagai kepalanya, kami sampaikan; darbha, (ganja) hemp, kekuatan besar — biarkan mereka membebaskan kita dari kesusahan atau duka.
Ganja dalam Teks India Lainnya
Dalam kitab Sushruta Samhita (600 SM) yang merupakan teks Sansekerta kuno tentang pengobatan dan pembedahan, juga menyebutkan bhang sebagai tanaman obat dan direkomendasi untuk mengobati radang selaput lendir, dahak, dan diare.
Menurut Gerrit Jan Meulenbeld, dalam teks Chikitsa-sara-sangraha (±1.100 M) dari Vangasena, ada penyebutan bhang sebagai penambah selera makan dan untuk pencernaan.
Dalam buku Yogaratnamala oleh Nagarjuna (abad ke-12 s/d 13) menyatakan bahwa asap ganja dapat digunakan untuk membuat seorang musuh dirasuki oleh roh.
Penyebutan ganja secara jelas dalam teks Kitab Suci Veda maupun teks India lainnya membuktikan bahwa jauh sebelum lahirnya peradabadan dengan teknologi yang modern, ganja lebih dulu digunakan untuk banyak kebutuhan medis dan juga ‘spiritualitas’.
Dewa Siwa dan Ganja
Ganja dalam Hindu dikaitkan dengan dewa Siwa yang merupakan Trimurti — sebutan Tuhan dalam agama Hindu — yang terdiri dari dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa.
Dewa Siwa dianggap sebagai salah satu dewa tertinggi trimurti yang dapat menyelamatkan hampir segala sesuatu dari kehancuran. Siwa adalah seorang yogi — orang yang mempraktekkan yoga — yang hidup sederhana di gunung Kailash Parvat.
Ia tidak menyukai keserakahan, kesombongan, dan kemunafikan. Siwa merupakan Tuhan yang tidak menuntut dan siapapun di seluruh dunia dapat menyenangkannya hanya dengan menyebut namanya dengan hati yang murni.
Siwa merupakan gabungan kompleks dari semua kualitas berikut :
- Ia adalah petapa dan penyayang keluarga.
- Indah tapi juga menakutkan.
- Ia adalah penari (Natraj) tetapi dapat benar-benar diam (petapa).
- Dewa lain menyembahnya, namun iblis dan energi negatif juga mengabdi kepadanya.
- Siwa tinggal di hutan hijau, tapi bermeditasi di tanah pemakaman dan pembakaran mayat.
Dalam budaya yoga (meditasi), Siwa tidak dikenal sebagai dewa, melainkan sebagai Adiyogi atau yogi pertama — pencetus yoga. Ia adalah orang pertama kali yang menempatkan benih yoga dalam pikiran manusia.
Dewa Siwa digambarkan sebagai sosok yang mengenakan kulit binatang yang tidak rapi (compang-camping), seekor ular yang melilit di sekitar lehernya, bulan sabit di kepalanya, memiliki trisula, dan kadang digambarkan memegang chillum untuk menghisap ganja.
Bagaimana Siwa mengenal ganja? Apakah Ia yang menciptakan tanaman ganja? Jawabannya, tidak. Diceritakan dalam legenda bahwa dewa Siwa pertama kali menemukan ganja secara kebetulan saat Pengadukan Samudra Susu atau Samudramantana / Sagaramantana.
Legenda Samudramantana Dewa Siwa Menemukan Ganja
Menurut legenda Samudramantana, beberapa dewa dan raksha (raksasa) mengguncang lautan untuk mendapatkan Amerta — air kehidupan yang membuat makhluk hidup abadi dan tidak dapat mati.
Dari dalam adukan ini muncul racun berbahaya yang disebut Halahala. Racun ini sangat mematikan sehingga bisa memusnahkan alam semesta. Untuk melindungi alam semesta, Siwa menelan racun tersebut.
Saat Siwa menelan racun tersebut, Parwati yang merupakan pasangan Siwa membantu menekan leher Siwa agar racun tidak lolos keluar dan membuat leher Siwa menjadi biru. Kemudian, untuk menenangkan Siwa, Ia diberikan Bhang (minuman olahan berbahan ganja).
Dalam budaya tradisional, bhang sering dikaitkan dengan pemujaan Siwa, oleh karena itu Ia sering disebut ‘Dewa Bhang’. Selain kisah Samudramantana, ada cerita legenda lain yang mengisahkan Siwa menggunakan ganja.
Menurut legenda, pada suatu hari ketika Siwa mengembara setelah berdebat sengit dengan keluarganya, ia tertidur di bawah tanaman ganja yang rindang. Ketika Siwa bangun, Ia merasa lapar dan mengkonsumsi daun ganja yang meneduhkannya.
Usai mengkonsumsi ganja, Siwa menyadari bahwa tanaman ganja menyegarkan dirinya. Kemudian Ia menjadikan ganja sebagai makanan favoritnya dan menjadi Dewa Bhang.
Baca juga: Sejarah ganja dalam keagamaan di dunia.
Penggunaan Ganja dalam Upacara
Dikarenakan ganja memiliki sejarah yang kuat dengan dewa Siwa, setiap tahun di bulan Februari, umat Hindu dari India dan Nepal — khususnya pengikut aliran Saiwa dan sadhu — berkumpul di Kathmandu untuk mengkonsumsi ganja.
Upacara ritual ini dilakukan bertepatan dengan hari Maha Shivaratri, dimana ribuan umat Hindu berkumpul di dekat kuil Pashupatinath menggemakan nama dewa Siwa.
Festival Maha Shivaratri memiliki dua versi berbeda, pertama diyakini bahwa festival ini menjadi perayaan pernikahan Siwa dan Parwati, dan beberapa orang berpendapat bahwa festival ini dirayakan sebagai hari dimana Siwa menyelamatkan dunia dari racun Halahala yang mematikan — yang muncul dari Samudramantana.
Referensi : -Ethan Russo (2006). Raphael Mechoulam (ed.). Cannabis in India: ancient lore and modern medicine. Cannabinoids as Therapeutics. Springer. pp. 3–5. ISBN 9783764373580. Archived from the original on 2015-09-06. Retrieved 2015-07-17. -Chris Bennett (2010). "Cannabis and the Soma Solution". Trine Day. ISBN 9781936296323. -Chris Conard (1997). Hemp for Health. Inner Traditions. pp. 43–44. ISBN 9780892815395. -sacred-texts.com/hin/av/av11006.htm -William Dwight Whitney (1905). Atharva-Veda Saṃhitā, Volume 2. p. 438. ISBN 9788171101740. -ancient.eu/The_Vedas