Baca Ganja – Agama monoteis adalah agama yang percaya hanya kepada satu Tuhan. Ada pendahulu ajaran agama monoteis sebelum Yahudi, Kristen, dan Islam, yaitu Zoroastrianisme. Pembahasan kali ini tentang ganja dalam agama Zoroastrianisme dan sejarahnya.
Zoroastrianisme atau Majusi adalah agama bangsa Persia kuno (daerah yang saat ini sebagai Iran) yang berawal dari 4.000 tahun yang lalu dan dipercaya sebagai agama monoteistik tertua.
Selama masa Kekaisaran Persia kuno, Zoroastrianisme merupakan agama yang dianut oleh bangsa Persia kuno, sampai akhirnya Invasi Arab pada tahun 651 M oleh Kekhalifahan Islam menggulingkan Kekaisaran Persia dan menjadikan Persia (saat ini Iran) menjadi negara Islam.
Akibatnya, masyarakat menjadi banyak memeluk Islam dan para Zoroastrian berimigrasi ke India, disana mereka disebut kaum Parsi. Di tahun 2020, studi dari FEZANA Journal mencatat pengikut Zoroastrian di dunia diperkirakan berjumlah 210.000 jiwa.
Sebelum membahas penggunaan ganja dalam agama Zoroastrianisme, baiknya kita mengetahui sejarah awal lahirnya Zoroastrianisme dan ajaran umumnya.
Sejarah Awal Lahirnya Zoroastrianisme
Zoroastrianisme merupakan ajaran dari seorang bijak bernama Zoroaster atau Zarathustra. Ia adalah seorang nabi monoteistik seperti Musa. Dalam ajaran Zoroastrian, mereka percaya kepada satu tuhan yang disebut Ahura Mazda, artinya “Tuhan yang Bijaksana”.
Ketika itu, sebelum Zoroaster membawa dan memperkenalkan ajaran monoteis di wilayah bangsa Persia kuno. Para penduduk menganut macam-macam ajaran seperti politeisme, paganisme, dan animisme.
Paham yang berbeda dengan paham yang dianut saat itu menyulitkan Zoroaster mendapatkan pengikut, sebelum akhirnya ia bertemu dengan Raja Visthaspa.
Ketika Zoroaster berusia sekitar 30 tahun, ia mendapatkan wahyu dan diberikan penglihatan oleh Ahura Mazda yang membawanya mendirikan Zoroastrianisme. Kitab suci Zoroastrianisme disebut Avesta atau Zend-Avesta, yang dipercaya merupakan karya langsung Zoroaster dengan menggunakan bahasa Avesta.
Banyak yang tidak mengetahui, bahwa dalam kitab Avesta, ganja disebut sebagai “narkotik yang baik”. Banyak sejarahwan agama meyakini penglihatan Ahura Mazda yang didapat Zoroaster dipengaruhi oleh minuman ramuan ganja, yang disebut bhang dalam kitab Avesta.
Ajaran Umum
Dalam ajaran Zoroastrian, hanya ada satu Tuhan yang universal dan Maha Kuasa, yaitu Ahura Mazda. Ia dianggap sebagai Maha Pencipta.
Pengakuan ini adalah bentuk penegasan bahwa hanya Ahura Mazda yang harus disembah di tengah konteks kepercayaan tradisional masyarakat Persia kuno yang kuat dengan pengaruh politeisme saat itu.
Agama ini meyakini bahwa ada dua hal yang bertentangan seperti: kebaikan dan kejahatan, surga dan neraka, iblis dan malaikat. Dalam konsep eskatologi (ajaran teologi mengenai akhir zaman), Zoroastrianisme percaya adanya penghakiman setelah meninggal. Mereka percaya setiap roh manusia yang telah meninggal harus melewati Jembatan Cinvat, jembatan menuju surga.
Dalam pandangannya mengenai etika hidup, Zoroastrianimse menekankan tiga hal yaitu pikiran baik, perkataan baik, dan perbuatan baik. Menurut mereka dunia yang akan datang akan mengalami pembaruan.
Pembaruan dunia ini membutuhkan keterlibatan banyak orang. Oleh karena itu, Zoroastrianisme sangat menekankan tanggung jawab moral masing-masing untuk melakukan kebaikan.
Zoroastrianisme memberikan kebebasan bagi penganutnya untuk memilih hidup yang baik dan jahat bagi dirinya sendiri. Dosa menurut Zoroastrianisme adalah penolakan untuk bersekutu dengan aspek kebaikan dari Ahura Mazda.
Ganja dalam Agama Zoroastrianisme
Terdapat rujukan terhadap ganja dalam teks Avesta yang ditulis sebagai bhang, atau dalam bahasa Pahlavi disebut mang. Di Persia dan India bhang diidentifikasi sebagai ganja. Penggunaan bhang di era Zoroaster sangat dilarang kecuali untuk anggota paling elit dari masyarakat saat itu.
Cerita legenda mengatakan Zoroaster mengembara ke pedesaan selama sepuluh tahun tanpa memenangkan orang-orang dengan konsep keagamaannya. Baru setelah ia bertemu dengan Raja Vishtaspa yang menjadi pengikut Zoroastrian setelah meminum secangkir bhang, dan mulai mempengaruhi kepercayaan para nabi Iran.
Perjalanan shamanic Vishtaspa dicatat dalam Dendkard 7.4.83-6 dan Pahlavi Rivayat 48.27-32. Dalam teks abad ke-9, Dendkard yang berasal dari teks bahasa Avesta mencatat, ketika Vishtaspa meminum bhang “ia menjadi tidak sadar dan mereka menuntun jiwanya ke surga dan menunjukkan kepadanya nilai dalam menerima Agama”.
Dendkard 7.4.83-6
“Untuk mencerahkan Vishtaspa (dan mengajarinya)… dan ia akan mendapatkan posisi tertinggi, kekuatan permanen, kejayaan, Ahura Mazda Sang Pencipta mengirimkan yazat (makhluk ilahi yang lebih rendah) Neryosang ke rumah Vishtaspa dengan sebuah pesan mendesak… Arthavist memberi minum kepada Vishtaspa minuman penerang yang akan memberikan penglihatan keindahan yang besar di dunia spiritual… dan bicara dengan Arthavist: ‘Tuan Arthavist! Ambil piring yang bagus, yang terbaik dari semua yang telah dibuat… untuk mengambil dari kami, haoma dan bhang…”
Mircea Eliade, sejarahwan agama menyebutkan, “Vishtaspa menggunakan bhang untuk mendapatkan kesadaran spiritual: ketika tubuhnya tertidur, jiwanya pergi ke surga”.
‘Narkotik Vishstaspa’ dan ‘Mata Jiwa’
Di kitab Arda Viraf 2.25-31 dalam teks Pahlavi, mengisahkan seseorang bernama Arda Viraf yang meminum (ganja) bhang yang disebut sebagai “narkotik Vishtaspa” yang mendorong dia melakukan perjalanan ke dunia setelah kematian (surga dan neraka).
Arda Viraf 2.25-31
“… Dan Viraf mencuci kepala dan tubuhnya dan memakai pakaian baru; ia mengasapi dirinya dengan aroma dupa yang manis dan membentangkan karpet baru dan bersih diatas dudukan yang sudah disiapkan. Dia duduk diatas dudukan yang sudah beralas karpet tersebut, menguduskan dan mengingat jiwa-jiwa yang pergi…”
“Kemudian para Dastur (Imam) mengisi tiga cangkir emas dengan anggur dan narkotik Vishtaspa; mereka memberikan satu cangkir kepada Viraf dan berkata ‘pikiran yang baik’, lalu memberikan cangkir kedua dan berkata ‘perkataan yang baik’, dan cangkir ketiga diberikan sambil berkata ‘tindakan yang baik’, dia meminum anggur dan narkotik Vishtaspa, lalu ia mengucap syukur sesaat, dan ia tidur di atas karpet.”
Gherardo Gnoli seorang sejarawan agama dan Iranis menyebut bhang adalah bahan ‘minuman penerang’ yang memungkinkan untuk melihat ‘misteri besar’. Bhang dicampur dengan haoma atau anggur. Itu adalah bagian integral dari praktik spiritual yang bertujuan membuka ‘mata jiwa’.
Hubungan dengan Agama Lain
Agama Hindu
Penggunaan ganja dalam agama Zoroastrianisme memiliki referensi serupa dengan ‘mata’ yang ditemukan dalam teks Kitab Hindu India kuno Aitareya Brahmana,
“Ketika imam Adhvaryu menyerahkan cangkir Haoma untuk diminum kepada imam Hotar, ia menerimanya dengan mantra (dengan kalimat): ‘Ini adalah suatu hal baik yang memiliki pengetahuan; disini ada kebaikan yang memiliki pengetahuan; di dalam diriku ada yang baik yang memiliki pengetahuan; penguasa mata, lindungi mataku’ imam Hotar meminum Haoma dari graha Maitravaruna. (Kemudian ia mengulangi): “Mata dengan pikiran dipanggil kemari”.
Dalam terjemahan seorang ahli bahasa, Martin Haug, mencatat, “formula ini sangat mirip dengan salah satu doa paling suci dari orang Parsi (pengikut Zoroastrianisme) yang khususnya diulang ketika imam Hotar (Brahmana Hindu) meminum jus Haoma”.
Dalam kaitannya, di India meminum bhang atau menggunakan ganja saat ritual oleh para pemuja dewa Siwa diyakini untuk membuka ‘mata’ Siwa, yaitu ‘mata ketiga’.
Baca juga: Sejarah Ganja dalam Agama Hindu.
Agama Kristen dan Islam
Zoroastrianisme dianggap sebagai agama pertama yang mengajarkan monoteisme dan diyakini mempengaruhi kepercayaan dasar agama Yahudi (Yudaisme), Kristen, dan Islam.
Yudaisme dikatakan telah dipengaruhi oleh ajaran Zoroastrianisme ketika bangsa Yahudi berada di pengasingan di Babel, dibawah kekuasaan bangsa Persia.
Bukti kuat yang menghubungkan Zoroastrianisme dan Kekristenan adalah kunjungan Tiga Orang Majus saat Yesus lahir di Betlehem dan banyaknya raja Persia yang disebutkan dalam Kitab Perjanjian Lama yang diyakini adalah penganut Zoroastrianisme.
Baca juga: Indikasi Keberadaan Ganja dalam Kitab Perjanjian Lama.
A. V. Williams Jackson, seorang ahli bahasa Indo-Eropa, berpendapat adanya pengaruh Zoroastrianisme dalam kisah perjalanan Muhammad ke surga seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran dan dibahas secara rinci dalam hadits.
Sejumlah peneliti berpendapat bahwa perisitiwa ini, serta rincian didalamnya, berkaitan dengan cerita Zoroastrianisme tentang Arda Viraf Namak yang melakukan perjalanan ke dunia setelah kematian setelah meminum ramuan ganja.
Jembatan Cinvat yang disebut dalam kisah Arda Viraf memiliki persamaan dengan jembatan yang melintasi neraka dalam ajaran Islam, yaitu Jembatan Shirath.
Baca juga: Sejarah Ganja dalam Dunia Islam.
Arda Viraf 3.1
“Dan jiwa Viraf pergi dari tubuhnya menuju ke Jembatan Cinvat, dan kembali pada hari ketujuh, jiwanya masuk ke dalam tubuh. Viraf bangkit, seolah-olah dia bangkit dari tidur yang menyenangkan, memikirkan Vohu Manah (Pikiran Baik) dan penuh kegembiraan.”
Adanya Pengaburan Penggunaan Bhang dalam Teks Kitab Avestan Lain
Meskipun referensi penggunaan bhang dalam teks Kitab Hindu Aitareya Brahmana dan dalam Kitab Denkard sangat jelas, namun dalam teks kitab Bahman Yashts identifikasi penggunaan bhang oleh Zoroaster tampaknya cukup terselubung.
Bahman Yashts, 11.5-6
“Dan dia (Ahura Mazda) menempatkan kebijaksaan dari maha pengetahuan dalam bentuk air ke tangan Zoroaster dan berkata: ‘Minum’. Dan Zoroaster meminumnya dan ia mencampurkan kebijaksanaan dari maha pengetahuan dengan Zoroaster. Tujuh hari tujuh malam Zoroaster ada didalam kebijaksanaan Ahura Mazda.”
Dalam bukunya berjudul The Encyclopedia of Apocalypticism, Bernard McGinn, seorang sejarawan agama, menjelaskan bahwa, “Ungkapan ‘dalam bentuk air’ dalam teks Bahman Yashts sebagai pertanda minuman yang dikonsumsi Zoroaster sebelum penglihatannya, bukan berarti bahwa itu adalah air, melainkan berbentuk cairan”.
McGinn menjelaskan setelah Zoroaster mengkonsumsi ‘kebijaksanaan dari maha pengetahuan’, ia melihat tujuh benua dan dia mampu membedakan detail terbaik dari manusia, ternak, dan tanaman.
Bahkan, McGinn menemukan referensi perjalanan ke dunia lain yang dilakukan Zoroaster dalam kutipan singkat dari tradisi suci yang ditulis dalam teks Denkard.
Denkard IX, 28:2
Ahura Mazda dan roh kebaikan menyapa Zoroaster dengan kata-kata berikut: “Kamu telah datang ke surga (garodman); sekarang kamu mengetahui tindakan yang dilakukan di dunia jasmani dan yang akan dilakukan, bahkan secara rahasia”.
Penglihatan Zoroaster
Seorang profesor Iranis dan sejarahwan agama dari Uppsala University, Geo Widengren, berpendapat;
“Dalam kitab Bhaman Yashts diceritakan kembali bahwa Zoroaster menyatukan diri dengan apa yang disebut ‘kebijaksanaan dari maha pengetahuan’ dengan cara diminum. Setelah itu, diceritakan bahwa Zoroaster mendapati Ahura Mazda di dalam dirinya selama tujuh hari tujuh malam”.
“Hal terpenting tentang deskripsi ini adalah bahwa Zoroaster bertindak sesuai dengan tradisi Avesta yang sudah ada, dengan mengadopsi teknik memasukkan senyawa psikoaktif untuk membuat perubahan kesaradan, dimana ia tertidur lelap selama tujuh hari tujuh malam.”
“Dalam perubahan kesadaran yang mirip dengan tidur lelap, Zoroaster mengalami penglihatan dan mendengar kata-kata ilahi Ahura Mazda. Mungkin juga merupakan kebiasaan yang lazim bagi para pengikut tertua untuk mendorong perubahan kesadaran dengan ramuan narkotik. Teknik ini barangkali diturunkan dari leluhur Indo-Iran, karena didokumentasikan juga di India”.
“Tradisi yang dijaga dalam kitab Bahman Yashts tidak menyebutkan ramuan ganja sebagai zat perubah kesadaran, tapi ramuan itu jelas menyangkut ramuan yang diminum oleh Zoroaster. Ada kemungkinan bahwa tradisi Pahlavi kemudian mengaburkan karakter asli ramuan itu, yang hanya menyatakan pat ap-karp…frac xvart — ‘dalam bentuk air…ia meminumnya’.”
Dugaan Adanya Perubahan Teks ‘Bhang’ Saat Pergantian Kekaisaran
Geo Widengren berpendapat;
“Dibalik transisi ini, dari anggur dan bhang (dalam naskah Arda Viraf Namak) menjadi air (dalam kitab Bahman Yashts), kita dapat mengasumsikan berbagai kecendurungan dalam era kerajaan Sasaniyah (setelah era Persia kuno)”. Namun deskripsi dalam Bahman Yashts konsisten dalam beberapa hal terkait dengan dua narasi visioner lainnya.”
“Satu catatan yang ditemukan dalam Pahlavi Rivayat terhadap Datastan i Denik (Doktrin Agama), dimana diceritakan bagaimana wali Zoroaster, Kavi Vishtaspa, memperoleh anggur yang dicampur dengan bhang (ganja) dari mahkluk utusan tuhan, Neryosang. Vishtaspa segera mejadi tak sadar dan jiwanya dikawal ke Garodman, surga”.
“Catatan ini berdasarkan versi yang lebih lama yang ditemukan di Denkard. Dalam teks Denkard ini dapat dibuktikan sebagai penyesuaian dari teks Avestan asli yang hilang saat masa-masa penafsiran bahasa. Versi asli ini menunjukkan beberapa perbedaan: yaitu cangkir yang diteruskan pada Vishtaspa, mengandung haoma dan (ganja) hemp.”
Widengren berpendapat yang dilakukan Vishtaspa yang meminum bhang dan kisah Zoroaster yang meminum ‘air’ sehingga mencapai pengalaman mistis, itu berdasarkan pada tradisi Avestan sebelumnya yang melibatkan penggunaan bhang. Kemudian naskah teks dirubah selama periode Kekaisaran Sasaniyah untuk menyembunyikan fakta ini.
Referensi dalam Avesta dan Pahlavi mengenai Vishtaspa meminum bhang sangat penting dalam mengidentifikasi pengunaan ganja terhadap Zoroaster seperti yang dijelaskan dalam catatan yang ‘disensor’ yang tercatat dalam Bahman Yashts.
Teks-teks kuno seperti Avesta membuktikan bahwa (ganja) hemp digunakan dalam dunia Iran… untuk menghasilkan trans-pikiran. Zoroaster menggunakan tindakan ini untuk memelihara mistiknya. Mengenai ini, ia meniru Raja Vishstaspa, yang menerima cangkir tuhan dengan bahan narkotik, “haoma dan bhang“.
Masuknya Invasi Arab dan Runtuhnya Kerajaan Persia
Kekaisaran Sasaniyah merupakan kekaisaran Persia terakhir yang didirkan oleh Ardashir I, saat ia berhasil melakukan pemberontakan melawan Kekaisaran Parthia dalam perang saudara bangsa Persia yang saat itu memimpin.
Dalam kepemimpinannya, Kekaisaran Sasaniyah diakui sebagai salah satu kekuatan utama di Asia Barat, Selatan, dan Tengah, bersama dengan Kekaisaran Romawi.
Masa kepemimpinan Sasaniyah terbentang sepanjang periode Abad Kuno Akhir (Late Antiquity) sebelum digulingkan oleh Kekhalifahan Rasyidin dalam Invasi Arab atau dikenal dengan Penaklukan Islam Arab pada tahun 651 M.
Setelah masuknya agama Islam, para Zoroastrian diusir dari Persia atau dipaksa untuk masuk Islam. Ritual penggunaan ganja dalam agama Zoroastrianisme pun menurun dan akhirnya dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Pada akhirnya, agama-agama kuno yang menggunakan ganja disambut dengan ketidak percayaan dan dipandang rendah.
Walaupun penggunaan ganja dalam agama Zoroastrianisme atau agama kuno dipandang rendah, namun penggunaan ganja untuk medis tetap digunakan secara umum.
Ini dibuktikan dengan adanya tulisan-tulisan abad pertengahan oleh Ibnu Sina, seorang filsuf dan dokter di jaman Kekhalifahan Islam yang menulis manfaat ganja medis pada tahun 1025 M yang dikenal sebagai Canon of Medicine atau Qanun Kedokteran
Perlu juga dicatat, bahwa perjalanan para Zoroastrian yang menggunakan ramuan bhang untuk menjelajahi jiwanya sendiri, sedikit banyak memiliki persamaan paham kosmologi dari agama-agama monoteis yang ada saat ini, dengan perjalanan mereka ke Surga dan Neraka, serta kisah-kisah pengwahyuan seperti akhir jaman.
Referensi : -antiquecannabisbook.com/chap2B/Arab/Avicennia.html -history.com/topics/religion/zoroastrianism -cannabisculture.com/content/2019/10/01/the-herb-of-the-magi-zoroasters-good-narcotic -avesta.org/mp/viraf.html -Mary Pat Fisher. 1997. An Encyclopedia of The World's Faith Living Religions. Tauris Publisher. Hal. 208-214. -Bernard McGinn. 1998. The Encyclopedia of Apocalypticism.