Baca Ganja – Usada adalah ilmu pengobatan tradisional Bali yang sumber ajarannya berasal dari lontar-lontar. Lontar Usada berisi tentang ajaran pengobatan, jenis-jenis penyakit, dan tumbuhan yang digunakan sebagai obat, adapun juga ganja tertulis dalam lontar Usada.

Di dalam Usada tertulis semua tata cara untuk menyembuhkan penyakit, cara pengobatan (kuratif), pencegahan (preventif), memperkirakan jenis penyakit (diagnosis), perjalan penyakit (prognosis), maupun pemulihannya, termasuk pula pengobat atau balian (Ngurah Nala, 2006).
Sistem pengetahuan-penyembuhan orang Bali terdiri atas dua jenis kesatuan dasar:
- Bersifat Bali asli, yang sebagian besar cocok dengan pendapat Jawa Kuno dan Kepulauan Sunda Kecil/Nusa Tenggara
- Datang dari luar bersifat ke-Hinduan dan ke-Jawa-Hinduan.
Penggunaan ganja dalam lontar Usada diasumsikan tidak terlepas dari pengaruh Hindu yang masuk ke pulau yang dijuluki ‘Pulau Dewata’ tersebut. Hasil percampuran pengetahuan-penyembuhan Bali dengan pengaruh Hindu pun digunakan oleh balian-balian Bali.
Ganja dalam Hindu
Dalam Hindu, tanaman ganja merupakan salah satu dari lima tanaman suci lainnya yang tercatat di dalam Kitab Atharva-veda. Menurut Veda, tanaman ganja disebut sebagai sumber kebahagiaan, pemberi kesenangan, dan pembebas.
Sedangkan dalam Kitab Sushruta Samhita yang berisi tentang pengobatan dan pembedahan, menyebutkan bhang (minuman olahan berbahan ganja) sebagai tanaman obat dan direkomendasi untuk mengobati radang selaput lendir, dahak, dan diare.
Dalam teks Chikitsa-sara-sangraha dari Vangasena, juga ada penyebutan bhang sebagai penambah selera makan dan untuk melancarkan pencernaan. Baca lebih lengkap mengenai ganja dalam Hindu disini.
Dari informasi singkat diatas, dapat ditelaah bahwa penggunaan ganja dalam Hindu kurang lebih memengaruhi pengetahuan-penyembuhan orang Bali yang juga dicampur dengan pengetahuan-penyembuhan Bali asli.
Penggunaan Ganja dalam Lontar Usada
Ganja tercatat sebagai bahan pengobatan untuk bermacam-macam penyakit. Dalam Usada Tenung Tanya Lara, ada 4 macam penyakit yang menggunakan ganja sebagai bahan pengobatan. Dalam Usada Gede, tercatat 1 penyakit yang menggunakan ganja sebagai bahan pengobatan.
Dikarenakan ada kesulitan dalam menerjemahkan kalimat asli dari naskah lontar yang memakai aksara Bali, Jawa Kuno, dan istilah-istilah bahasa Sansekerta, maka ada sebagian kalimat yang lafalan aslinya tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Adapun hal lain yang perlu diperhatikan yaitu kalimat asli dari naskah lontar yang memang bermakna ganda (ambiguitas) yang sulit ditangkap maksudnya. Masalah terjemahan, bukan merupakan masalah bahasa saja, melainkan dihadapkan adanya dua bahasa dari dua sistem kebudayaan.
Sehubungan dengan ini, studi telaah yang lebih mendalam tentang pengobatan/kesehatan ini harus bertitik pangkal dari terjemahan. Dengan kata lain terjemahan ini baru dirasakan mendekati penyelesaian yang sesungguhnya, bila telah diuji kebenarannya dalam penerapan konkrit oleh para praktisi dalam kehidupan masyarakat.
Jika Terkena Bengep, Tuju Panulah

Dalam pengobatan ini, dituliskan dalam usada sebagai berikut;
Apabila bengep yang tebal kesemuanya, penyakit ini disebut Tuju Panulak. Adapun serana untuk membuat bedaknya, ialah kulit pohon ganja hutan yang telah berumur tua, lempoyang, banglai, pala, sintok, ketumbar, satu biji, buah tabia bun yang bengkok, dicampur wat bagatul, uang dan air limau kasturi.
Obat untuk bayi yang menderita sesak napas

Dalam pengobatan ini, dituliskan dalam Usada sebagai berikut;
lnilah penenang untuk bayi, serananya, air yang masih bersih, lalu dimasukkan ke sebuah sibuh hitam, dan sebatang bunga ganja hutan disertai dengan pengucapan mantram yang bunyinya sebagai berikut: “Sang Toya kalaput ban Sang Bumi, Sang Bumi kalaput ban Sang Toya teka patuh ingkup, 3“.
Mengobati koreng yang bengkak

Dalam pengobatan ini, dituliskan dalam Usada sebagai berikut;
Apabila penyakitnya tetap seperti semula, atau tiada sembuh, obat yang tersebut diatas harus digoreng dengan menambah babolong, musi, krawas, kulit pangkal ubi sirih, kulit telur itik, gempol ganja-hutan, gempong asam, kotoran cabang pohon jempinis. Semua bahan-bahan tambahan itu sebelum dicampurkan harus mekikih dan dihancurkan diatas sebuah batu (Bali: macakcak).
Pengobatan untuk penyakit Tiwang Api

Dalam pengobatan ini, dituliskan dalam Usada sebagai berikut;
Sedangkan obat yang harus diminumnya, yaitu: garam yang telah menyahnya, campur dengan bahan-bahan untuk mengurapi perut, getah pohon ganja hutan dan garam 3 jemput (diambil dengan jari tengah), dan inilah mantramnya: “Ragih aran sira, Sang Buk, tun baluya ya aran sira Sang Buk”.
Obat untuk penyakit Ila Napipi

Penyakit ila napipi, dituliskan memiliki ciri-ciri: bintik-bintik tebal (merata), dan tersebar melingkari tubuh dengan merata (diasumsi sama seperti penyakit lingkar ular).
Dalam pengobatan ini, dituliskan dalam Usada sebagai berikut;
Obat ila napipi, obatnya seperti diatas ditambah dengan buah bun peron. Untuk rokoknya, bahan, candu, tembakau genjo (ganja), geluga, biji buah terung bolong yang sudah kering, kepitan, pohon asam, pembungkusnya kulit buah jagung.
Itulah kelima jenis macam penyakit yang diobati dengan bahan tanaman ganja dalam lontar Usada, yang seharusnya pengetahuan-penyembuhan yang tertulis dalam lontar Usada dihargai sebagai peninggalan nenek moyang dan warisan budaya yang bermanfaat.
Referensi: -Terjemahan dan Kajian Usada Tenung Tanya Lara, Kemdikbud. -Usada Gede, Kembdikbud.