Tembakau Sintetis Tidak Sama dengan Ganja

Baca Ganja – Kurangnya edukasi mengenai ganja di tengah masyarakat Indonesia, terutama pemuda dan mahasiswa membuat sebagian mencoba tembakau sintetis yang sering dianggap sebagai alternatif pengganti ganja.

tembakau sintetis bukan ganja | bacaganja

Ketika beberapa negara telah melegalkan ganja, Indonesia justru bertambah masalah akibat fenomena tembakau sintetis yang sering dianggap sama dengan ganja. Seperti sudah menjadi rahasia umum, barang tersebut dapat dengan mudah ditemukan di sejumlah kampus atau universitas di kota-kota besar. Bahkan tidak jarang, yang memproduksi dan yang mengedarkannya merupakan mahasiswa atau pelajar itu sendiri.

Salah satu alasan beberapa orang beranggapan tembakau sintetis merupakan alternatif pengganti ganja adalah, karena tembakau akan dicampur dengan cairan senyawa yang disebut ganja sintetis sebelum dikonsumsi atau dipasarkan. Yang sama antara senyawa ganja sintetis dan senyawa alami dalam tumbuhan ganja (cannabinoid), hanyalah jalur saraf atau cara kerjanya di otak (yang sama-sama mempengaruhi reseptor cannabinoid). Meskipun begitu, bukan artinya efek yang dihasilkan dari ganja sintetis dan cannabinoid dalam ganja juga sama.

Senyawa ganja sintetis merupakan zat asing bagi reseptor cannabinoid. Meskipun memiliki jalur saraf yang sama untuk menghasilkan efek, namun respon reseptor cannabinoid (yang banyak terdapat di bagian otak manusia) terhadap senyawa ganja sintetis berbeda dengan senyawa alami dalam tumbuhan ganja, yaitu cannabinoid. Dan ketika reseptor cannabinoid di otak manusia terus dipaksa untuk berinteraksi dengan (menggunakan) zat ganja sintetis, maka reseptor cannabinoid tidak dapat befungsi dengan baik.

Baca juga: Penelitian senyawa ganja sintetis, dan perbedaannya dengan senyawa alami ganja

Fenomena Tembakau Sintetis / Ganja Sintetis di Indonesia

tembakau sintetis pinaca | ganja sintetis
Foto: Berita ganja sintetis di Indonesia (kiri), dan beberapa kelompok senyawa ganja sintetis (kanan).

Dari beberapa sumber media yang telah ditelusuri, salah satu senyawa ganja sintetis yang beredar di Indonesia adalah jenis senyawa PINACA. Penelitian menemukan bahwa senyawa cannabinoid sintetis PINACA, dapat menyebabkan efek tertentu bagi si pengguna; seperti mengurangi gerak motorik dan sensasi rasa nyeri.

Selain itu, senyawa ini juga dapat merusak performa kognitif yang telah diuji coba oleh hewan mamalia tikus. Dengan mengganggu bagian otak korteks serebral yang fungsinya sebagai tempat proses bernalar atau berpikir, dan mengganggu bagian otak hippocampus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan memori. Penelitian ini juga menyoroti resiko penyalahgunaan senyawa ganja sintetis yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif atau berpikir manusia.

Bahkan sudah ada laporan kasus overdosis akibat konsumsi senyawa ganja sintetis jenis PINACA di tahun 2023. Peredaran tembakau atau ganja sintetis ini bukan hanya mengancam jiwa si pengguna, namun juga menjadi penyebab krisis sosial karena ketidakstabilan emosional si pengguna. Seperti pada peristiwa pembunuhan yang terjadi di bulan Januari 2025, dimana pelakunya positif menggunakan tembakau sintetis.

Jika melihat hasil penelitian senyawa ganja sintetis yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir manusia, kemungkinan besar fenomena tembakau atau ganja sintetis secara diam-diam telah menyumbang banyak krisis sosial dan krisis berpikir di Indonesia, terutama bagi generasi penerus bangsa. Apalagi, barang ini sangat mudah ditemukan di lingkungan kampus atau universitas yang seharusnya menjadi tempat menimba ilmu pengetahuan dan berpikir kritis.


Referensi:
- https://www.youtube.com/watch?v=fB5nQyRXlGc

Tinggalkan komentar

Sharing is caring