Baca Ganja – Peneliti dan ahli biologi tanaman telah mengidentifikasi cara ‘meretas’ sel tanaman ganja dengan tingkat efisiensi yang tinggi untuk menghasilkan cannabinoid (THC/CBD) menggunakan bioteknologi. Namun apakah penerapan biologi sintetik ini lebih baik daripada memanfaatkan cannabinoid alami langsung dalam tanaman ganja?
Dilansir dari jurnal ScienceDaily (2/8/22), peneliti biologi tanaman dan botanis dari University of British Columbia telah mengidentifikasi cara ‘meretas’ sel dalam tanaman ganja. Penelitian ini diharapkan dapat membantu ilmuwan menemukan cara paling efisien menghasilkan produk akhir yang dapat digunakan dari bahan mentah ganja tanpa menghasilkan racun.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pembekuan cepat (rapid freezing) pada trikoma kelenjar ganja untuk melumpuhkan struktur seluler tanaman dan metabolitnya. Hal ini memungkinkan peneliti untuk menyelidiki trikoma kelenjar pada bagian bunga ganja menggunakan mikroskop elektron yang menjelaskan struktur sel pada tingkat nano, yang menunjukkan bahwa sel berkerja aktif secara metabolik dalam membentuk ‘super sel’ yang bertindak sebagai pabrik biologis metabolisme.
Penelitian ini juga membantu para peneliti memahami bagaimana sel-sel dalam kelenjar trikoma ganja menghasilkan senyawa THC dan terpene dalam jumlah besar tanpa meracuni dirinya sendiri, sebagaimana senyawa ini memiliki potensi kadar racun tinggi terhadap berbagai model organisme seperti serangga. Peneliti berpendapat bahwa model baru ini dapat menginformasikan pendekatan biologi sintetik untuk memproduksi cannabinoid dalam busa (atau diluar fisik tanaman) yang umumnya digunakan dalam bioteknologi. “Tanpa ‘trik’ ini, mereka tidak akan pernah mendapatkan produksi yang efisien,” imbuh peneliti.
Biologi Sintesis dan Alami
Penelitian ini menjelaskan ‘rute pengiriman’ antar subseluler dalam lingkungan mikro dalam tanaman ganja, seperti di mana THC diproduksi dan diangkut dalam trikoma ganja dan menjelaskan beberapa titik kritis dalam jalur pembuatan senyawa THC atau CBD di dalam sel. Pendekatan ini dianggap dapat menggantikan penerapan biologis sintesis yang hingga kini berfokus dalam mengoptimalkan enzim yang bertanggung jawab dalam menghasilkan senyawa THC/CBD, yang belum mengembangkan cara efisien untuk memindahkan zat antar enzim ke enzim lainnya.
Walaupun saat ini telah banyak perusahaan farmasi dan industri bioteknologi mencoba merekayasa cannabinoid (THC/CBD) di luar fisik tanaman atau sel dalam ganja, yang umumnya disebut cannabinoid sintesis. Namun produk farmasi hasil senyawa sintesis THC/CBD (seperti Marinol, Cesamet, Sativex) memiliki efek samping yang lebih berat daripada senyawa alami THC/CBD dalam tanaman ganja. Bahkan penelitian sains lainnya menunjukkan bahwa menggunakan seluruh senyawa dalam tanaman ganja (efek rombongan) memiliki manfaat yang lebih baik daripada hanya menggunakan senyawa ganja yang sudah di isolasi, salah satunya manfaatnya mengobati gangguan mood dan kecemasan.
Senyawa THC/CBD yang dihasilkan melalui proses biologis alami dalam tanaman ganja lebih memiliki manfaat kesehatan. Dengan adanya kemajuan teknologi, tanaman ganja pun tidak luput dari arogansi teknologi yang menganggap komponen organisme alami tidak dapat bekerja lebih baik sehingga memerlukan teknologi untuk menghasilkan produk akhir yang dapat dikonsumsi. Padahal, untuk memanfaatkan senyawa alami ganja sebagai produk akhir untuk dikonsumsi, hanya memerlukan teknologi sederhana untuk mengekstrak kandungan senyawa dalam tanaman.