Baca Ganja – Efek rombongan (entourage effect) yang berasal dari terpena dan cannabinoid (senyawa ganja) memiliki kontribusi positif untuk mengobati gangguan suasana hati (mood) dan gangguan kecemasan.

PERHATIAN !!! Artikel ini bertujuan untuk memberikan edukasi literasi ilmiah dan tidak bermaksud mengajak menggunakan atau memiliki barang yang melanggar hukum !!!
Studi literatur ilmiah yang dipublikasi perpustakaan nasional pengobatan AS, National Library of Medicine (Feb 2020), membahas kemungkinan peningkatan aktivitas cannabinoid dalam mengobati gejala kejiwaan dengan penambahan terpena yang mungkin mendasari mekanisme efek anti-depresan dan efek ansiolitik (anti-cemas).
Gangguan kecemasan dan depresi mayor — perasaan sedih dan putus asa sepanjang waktu, adalah kondisi mental yang paling umum ditemui dalam praktik psikiatri — yang berhubungan dengan kejiwaan. Depresi adalah penyakit yang menyerang ratusan juta orang di seluruh dunia, dan sekitar 20% populasi setidaknya pernah mengalami depresi selama hidup mereka.
Hal ini tentu mempengaruhi spektrum gejala secara luas dan memiliki efek yang luar biasa pada masyarakat karena gangguan depresi atau suasana hati yang menurunkan kualitas hidup, dan jika tidak ditangani dapat mengancam jiwa — timbulnya pikiran bunuh diri.
Tidak ada pengobatan yang efektif secara universal untuk gangguan ini. Oleh karena itu, pendekatan farmakologis yang baru diperlukan untuk mencari pengobatan yang potensial dan mengurangi berbagai efek samping dari pengobatan.
Studi terbaru menunjukkan bahwa senyawa pada ganja — terpena dan cannabinoid — berpotensi mengurangi kecemasan dan gangguan mental lainnya.
Keterlibatan Cannabinoid dalam Mengobati Gangguan Mood dan Kecemasan
Endocannabinoid — senyawa mirip ganja yang diproduksi oleh tubuh — berperan penting dalam gangguan depresi mayor, kecemasan umum, dan gangguan bipolar. Endocannabinoid system (ECS) yang tersebar luas di seluruh tubuh termasuk otak, memodulasi banyak fungsi yang juga terlibat dalam suasana hati (mood) dan gangguan yang berkaitan dengan mood.
Aktivitas endocannabinoid dalam gangguan mood dapat dimodulasi atau didorong oleh senyawa cannabinoid eksogen — cannabinoid yang berasal dari luar tubuh, yaitu senyawa dalam ganja. Ini dikarenakan cannabinoid pada ganja, meniru aktivitas endocannabinoid pada tubuh kita sehingga dapat mengikat reseptor CB1 dan CB2.
Cannabinoid yang dapat mengikat langsung reseptor CB1 dan CB2 adalah THC, yang telah terbukti memiliki kemanjuran potensial dalam mengurangi depresi dengan pemberian CBD secara bersamaan. CBD yang tidak bersifat psikoaktif, menunjukkan potensi yang relatif tinggi dalam mengobati gangguan mood, depresi, kecemasan, dan gangguan bipolar.
Selain efek positif pada beberapa gangguan kejiwaan, CBD juga menunjukkan efek positif pada gangguan neurologis seperti multiple sclerosis dan epilepsi, dan dinilai memiliki sifat neuroprotektif. CBD telah berulang kali menunjukkan efek seperti anti-depresan dan ansiolitik (anti-cemas) pada model uji coba hewan.
Keterlibatan Terpena dalam Mengobati Gangguan Mood dan Kecemasan

Selain cannabinoid, ada juga terpena yang disekresi dalam kelenjar yang sama yang menghasilkan cannabinoid pada ganja. Sebuah studi praklinis komprehensif menunjukkan bahwa bahan kimia yang diturunkan dari tumbuhan seperti terpena memiliki sifat ansiolitik (anti-cemas) pada model uji coba hewan yang berperilaku cemas.
Terpena (terpene) adalah golongan senyawa penting yang diproduksi tanaman ganja, yang memberikan aroma khas pada ganja. Setiap varietas ganja memiliki karakter terpenoid masing-masing yang khas, yang berbeda dari varietas lain baik secara kualitatif maupun kuantitatif sesuai dengan jumlah kandungan relatifnya.
Terpena bukanlah sesuatu yang unik untuk ganja karena juga banyak tanaman berbunga lain yang memproduksinya — seperti terpena linalool yang juga dihasilkan lavender. Terpena bukan hanya untuk menyampaikan bau bunga ganja tetapi juga memiliki beberapa kemampuan terapeutik — baik sebagai agen pengaktifan bersama senyawa lain atau bekerja sendiri, dan meningkatkan aktivitas menguntungkan cannabinoid pada manusia.
Dalam studi penelitian pada model tikus yang diberikan terpena limonene — yang juga merupakan salah satu terpena ganja — lewat cara dihirup, memberikan efek ansiolitik pada tikus dengan jalur otak yang berbeda dari benzodiazepin. Pencapaian efek ansiolitik dalam mekanisme yang tidak terhubung dengan jalur benzodiazepin mungkin menawarkan perawatan baru yang meminimalkan resiko kecanduan.
Penelitian terpena lain yang juga terdapat pada bunga ganja adalah linalool dan pinene. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terpena linalool dan pinene menghasilkan efek seperti anti-depresan yang berinteraksi lewat jalur monoaminergik.
Jalur monoaminergik adalah jaringan saraf neuron yang menggunakan neurotransmitter monoamine — seperti dopamine, serotonin, dan norepinephrine, yang terlibat dalam pengaturan proses seperti emosi, gairah, dan jenis memori tertentu.
Efek Rombongan (Entourage Effect) Terpena dan Cannabinoid
Efek rombongan (entourage effect) adalah kontribusi positif yang berasal dari penambahan terpena terhadap efek cannabinoid. Ini mengartikan bahwa keseluruhan efek yang dihasilkan — terpena dan cannabinoid — lebih besar daripada jumlah efek dari masing-masing terpena dan cannabinoid sendiri.
Efek rombongan pada ganja, pertama kali dicetuskan oleh ilmuwan Dr. Mechoulam dan Ben-Shabat. Temuan mereka mengarahkan pada pengembangan hipotesis, bahwa produk biologis tidak aktif lainnya, yang mendampingi endocannabinoid utama — Anandamide (AEA) dan 2AG yang dihasilkan oleh tubuh — dapat meningkatkan aktivitasnya.
Dr. Ethan Russo memaparkan konsep sinergi botani (botanical synergy), dimana molekul dominan didukung oleh turunan tanaman lain — seperti cannabinoid, terpena, dan flavonoid, untuk mencapai efek farmakologis yang maksimal.
Dr. Russo meninjau beberapa penelitian, dan menemukan seluruh ekstrak keseluruhan bunga ganja memiliki efek superior terhadap cannabinoid yang diisolasi atau dimurnikan — seperti ekstrak CBD tunggal atau THC tunggal.
Interaksi sinergis dapat ditemukan antara cannabinoid yang berbeda — misal: efek yang dihasilkan THC dan CBD saat digunakan bersamaan — dan antara cannabinoid dan terpena saat menggunakan keseluruhan bagian bunga ganja.
Penggunaan ganja harus dioptimalkan untuk komponen senyawa gabungan yang diturunkan dari bunganya. Kemungkinan lain adalah menggunakan keseluruhan ekstrak bunga ganja dengan semua senyawa yang menghasilkan aktivitas sinergis terbesar.
Selain itu, di antara pengguna ganja rekreasional umumnya meyakini bahwa varietas Cannabis indica kaya akan myrcene, terpena yang menghasilkan efek relaksasi dan mengurangi kecemasan. Sementara sebagian besar varietas Cannabis sativa kaya akan limonene dan terpena lainnya, yang menunjukkan hubungan dengan ketajaman perhatian (alertness) dan perilaku yang membangkitkan (arousing behavior).
Kesimpulan
Diasumsikan bahwa menggabungkan terpena dengan cannabinoid dapat meningkatkan efek stabilisasi mood yang dikaitkan dengan cannabinoid utama, THC dan CBD. Meskipun jumlah kandungan terpena dalam ekstrak keseluruhan bunga ganja relatif rendah, tetapi kontribusinya terhadap efek terapeutik cannabinoid mungkin signifikan.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki nilai terapeutik potensial dari penambahan terpena pada pengobatan dengan CBD, dan dengan atau tanpa tambahan THC untuk kepentingan pasien yang mengalami gangguan suasana hati, kecemasan, depresi, dan gangguan bipolar.
Efek rombongan meningkatkan dan mempengaruhi manfaat ganja dengan nilai yang tinggi, karena efek samping dan resiko tambahan dari perawatan konvensional lainnya untuk gangguan kejiwaan cukup besar.
Referensi: -https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7324885/ -https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25771248/ -https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22995322/