Baca Ganja – Merokok diketahui dapat mengakibatkan kerusakan pada paru-paru dan mengganggu sistem pernapasan. Pada umumnya, ganja digunakan dengan teknik inhalasi (rokok atau vaporizing), lalu apakah dampak merokok ganja terhadap fungsi paru?
PERHATIAN !!! Artikel ini bertujuan untuk memberi edukasi literasi ilmiah dan tidak bermaksud untuk menghasut individu / kelompok melakukan tindakan yang melanggar hukum.
Efek Merokok Tembakau pada Paru-Paru
Untuk membahas dampak merokok ganja terhadap fungsi paru, perlu adanya perbandingan dengan merokok tembakau. Seperti yang diketahui, bahwa merokok tembakau dapat berdampak pada paru-paru dan menyebabkan:
- Chronic Obstructive Pulmonary Disease / Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit peradangan paru yang berkembang dalam jangka waktu panjang. Penyakit ini menghalangi aliran udara dari paru-paru karena terhalang pembengkakan dan lendir atau dahak, sehingga penderitanya sulit bernapas.
- Sebanyak 384 juta jiwa mengidap PPOK pada tahun 2010 (WHO).
- Menjadi penyebab kematian terbesar ke-3 di dunia pada tahun 2016 (WHO).
- Menyebabkan kematian sebanyak 3 juta jiwa / tahun pada tahun 2015.
- Bronchogenic Carcinoma (Kanker Paru) merupakan salah satu kanker yang paling serius. Kanker paru ditandai dengan tidak terkendalinya pertumbuhan sel dalam jaringan paru, terutama sel-sel yang melapisi bagian pernapasan.
- Terdapat 1.8 juta kasus baru di seluruh dunia pada tahun 2012 (WHO).
- Menyebabkan kematian sebanyak 1.6 juta jiwa / tahun pada tahun 2012.
Perbandingan Merokok Ganja vs. Merokok Tembakau
Kandungan Senyawa | Ganja (1115 mg) | Tembakau (1110 mg) |
Karbon Monoksida, mg | 17.6 | 20.2 |
Amonia, mcg | 228 | 198 |
Fenol, mcg | 76.8 | 138.5 |
Benzo(a)pyrene, ng | 31 | 22 |
Delta-9-THC, mcg | 820 | – |
Cannabinol, mcg | 400 | – |
Nicotine, mcg | – | 2850 |
Tabel Hoffman et al, 1975 |
Tabel penelitian diatas menunjukkan bahwa merokok ganja dan merokok tembakau memiliki senyawa yang hampir sama (terpisah dari kandungan senyawa THC dan cannabinol pada ganja dan nikotin pada tembakau).
Adapun bukti penelitian yang dilakukan terhadap orang dewasa berusia rata-rata 33 s/d 37 tahun di Los Angeles, AS, yang dilakukan oleh Dr. Donald Tashkin, pada tahun 1987.
Batuk
Grafik menunjukkan bahwa perokok ganja bersama dengan tembakau (no.3) memiliki gejala batuk yang lebih tinggi dari perokok ganja (no.1). Sedangkan perokok tembakau (no.2) memiliki gejala batuk paling tinggi di antara lainnya.
Dahak
Grafik menunjukkan bahwa perokok tembakau (no.2) dan perokok ganja bersama dengan tembakau (no.3) memiliki gejala dahak yang lebih tinggi dari perokok ganja (no.1). Sedangkan non-perokok (no.4) memiliki gejala dahak yang paling rendah di antara lainnya.
Mengi
Grafik menunjukkan perokok tembakau (no.2) memiliki gejala mengi yang paling tinggi, disusul oleh perokok ganja bersama dengan tembakau (no.3), dan non-perokok (no.4) memiliki tingkat gejala yang paling rendah disusul perokok ganja (no.1).
Bronkitis Akut
Perokok ganja (no.1) dan perokok ganja bersama tembakau (no.3) memiliki tingkat gejala bronkitis akut yang sama dan lebih tinggi dari perokok tembakau (no.2).
Dampak Merokok Ganja
Penjelasan diatas membawa kita ke beberapa pertanyaan, yaitu, apakah menghisap ganja tanpa tembakau yang dilakukan secara teratur dapat meningkatkan resiko PPOK atau kanker paru-paru?
Dan apakah menghisap ganja bersamaan dengan tembakau dapat meningkatkan resiko PPOK dan kanker paru-paru diluar dari kaitannya dengan hanya merokok tembakau saja?
Seperti yang dilansir dari National Institute of Health (NIH), penelitian telah membahas hubungan yang mungkin berkaitan antara merokok ganja dan PPOK dengan menilai gejala-gejala pernapasan dan mengukur fungsi paru-paru pada perokok dan non-perokok ganja maupun tembakau.
Penelitian menggunakan sampel secara acak dari masyarakat umum. Studi penelitian paru-paru menggunakan tomografi terkomputasi untuk mengidentifikasi emfisema — penyakit kronis akibat kerusakan kantong udara atau alveolus pada paru-paru.
Penelitian yang dilakukan Canadian Medical Association Journal (CMAJ) menemukan merokok ganja dan tembakau secara bersamaan tampaknya bersinergi meningkatkan gejala pernapasan dan PPOK, namun peneliti tidak menemukan gejala yang sama pada perokok ganja saja.
Kendati demikian dalam pengamatan yang dilakukan melalui bronkoskopi — alat visualisasi bagian dalam saluran pernapasan — menunjukkan adanya luka pada jalur pernapasan proksimal (seperti peningkatan sekresi lendir) pada perokok ganja saja dan perokok tembakau saja.
Tidak mengherankan jika adanya peningkatan sekresi lendir pada perokok ganja saja karena senyawa kimia yang dihasilkan dari pembakaran memiliki senyawa yang sama dengan rokok tembakau.
Baca juga: Cara kerja senyawa THC dalam tubuh manusia.
Dampak Terhadap Fungsi Paru
Namun bukti kaitan antara merokok ganja dan kelainan fungsi paru-paru tidak konsisten. Penelitian yang menggunakan sampel pria dewasa (usia rata-rata 33 tahun) berjumlah 446 orang, hanya yang merokok ganja yang tidak dikaitkan dengan kelainan Forced Expiratory in one second (FEV1) dan Forced Vital Capacity (FVC). Namun ada sedikit penurunan konduktansi dalam saluran napas yang spesifik pada mereka yang merokok ganja.
Force Expiratory in one second (FEV1) : besarnya udara yang diembus dalam satu detik. Force Vital Capacity (FVC) : besarnya udara yang dapat diembus dalam satu tarikan napas.
Tidak adanya temuan penurunan FEV1 dan FVC pada perokok ganja, mungkin disebabkan dengan kebiasaan perokok ganja yang lebih dalam menarik napas dan lebih lama menahan napas saat melakukan inhalasi.
Sebaliknya, sebuah studi jangka panjang di Tucson, Amerika Serikat, yang melibatkan 856 peserta berusia 15-60 tahun menunjukkan adanya sedikit penurunan FEV1 diantara mereka yang sebelumnya merokok ganja tetapi sudah tidak merokok ganja saat ini.
Penelitian yang menggunakan sampel 339 masyarakat umum di Wellington, New Zealand, berusia 18-70 tahun (usia rata-rata 43.4) yang terdiri dari non-perokok, perokok tembakau saja, perokok ganja saja, dan perokok ganja dengan tembakau, peneliti melaporkan tidak ada kaitannya antara merokok ganja dan kelainan fungsi paru (termasuk volume paru-paru).
Dari hasil penelitian bisa dijelaskan bahwa merokok ganja dapat meningkatkan inflamasi pada jalur pernapasan (seperti peningkatan sekresi lendir) akibat dari senyawa pembakaran rokok yang masuk ke paru-paru. Walaupun merokok ganja tidak mengganggu fungsi paru (seperti berkurangnya volume paru).
Penelitian mengenai merokok ganja yang tidak mengurangi volume pernapasan dan volume paru-paru tampaknya dibuktikan juga oleh perenang nomor 1 dunia, Michael Phelps, yang fotonya pernah tersebar sedang menggunakan ganja melalui alat bernama bong.
Kesimpulan:
- Resiko penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) pada perokok tembakau, memungkinkan adanya resiko serupa pada perokok ganja.
- Sejumlah bukti menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan merokok ganja dan efek samping pada kesehatan pernapasan. Namun, studi mengenai ini memiliki banyak keterbatasan.
- Studi menemukan bahwa merokok ganja dan tembakau secara bersamaan berhubungan dengan peningkatan resiko PPOK daripada yang hanya merokok tembakau saja.
- Merokok ganja saja kemungkinan tidak menyebabkan PPOK.
Referensi : -ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2665954/ -who.int/news-room/fact-sheets/detail/the-top-10-causes-of-death -Donald Tashkin, MD,"Pulmonary Effects of Cannabis"