Baca Ganja – Pengetahuan ganja adalah pemahaman tentang pengetahuan (wisdom) dalam ganja, dan bagaimana ia memengaruhi kesadaran tinggi (high consciousness) yang pemaknaannya dibatasi oleh stigma sosial.
Untuk memahami pengetahuan (wisdom) ganja, kita perlu memahami lebih dulu arti dari pengetahuan itu sendiri. Umumnya, pengetahuan (knowledge) diartikan sebagai kumpulan akumulasi dari memori atau informasi tertentu. Namun pengetahuan (knowledge) ganja di tengah masyarakat saat ini tidak jernih dan bias yang tertutup oleh kabut.
Kabut yang menutupi pengetahuan ganja yaitu, stigma sosial akibat kebijakan negara yang menggolongkan ganja dalam Golongan I Narkotika (UU No.35 Tahun 2009), dan kurangnya pengetahuan literasi ilmiah untuk memperluas pemaknaan serta memperhalus pemahaman. Untuk menemukan pengetahuan yang autentik dan jernih dari prasangka, perlu untuk memahami sumber-sumber pengetahuan.
Salah satu sumber pengetahuan yaitu melalui bukti empiris, yaitu sebuah pengetahuan yang diperoleh dari observasi atau percobaan yang teramati oleh panca indera. Bukti empiris perubahan kesadaran pengaruh ganja pernah di dokumentasi oleh ilmuwan kosmologi, Carl Sagan, dalam esai yang ditulis tahun 1969 yang kemudian diterbitkan dalam buku berjudul Marihuana Reconsidered (1971).
Dalam esainya, Carl Sagan menjelaskan pengalaman empirisnya mengenai pengaruh kesadaran tinggi dan menemukan suatu wawasan (insight) baru, yang berasal dari ganja. Ini menjadi bukti bahwa tanaman ganja sendiri memiliki nilai pengetahuan (wisdom) dan dengan fakultas pikirannya (mind faculties), Carl Sagan menemukan wawasan baru.
Pengetahuan Ganja (Wisdom of Cannabis)
Makna kecerdasan (intelligence), sering kali dihubungkan dengan bagian yang disebut otak. Padahal, setiap sel DNA dalam makhluk hidup membawa akumulasi memori dan informasi dari kehidupan ribuan hingga jutaan tahun yang lalu. Contoh kecerdasan sel DNA dalam tubuh manusia adalah mereka menyimpan atau membawa memori seperti bentuk wajah, wana kulit, atau warna bola mata dari generasi pendahulu.
Begitu pula dengan tanaman ganja atau Cannabis sativa sebagai makhluk yang lebih dulu hidup di bumi dan telah melewati proses bertahan hidup (survive) lebih lama dari pada peradaban manusia. Dengan pengetahuannya (wisdom), tanaman ganja menghasilkan metabolit yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dan memiliki kecerdasan untuk beradaptasi serta berperan sebagai penyeimbang alam.
Secara historis, hubungan manusia dan ganja telah berlangsung sejak ±8.000 SM dengan penemuan arkeolog lukisan ganja di Pulau Kyushu, Jepang. Selain itu, arkeolog menemukan senyawa psikoaktif ganja, THC, pada penemuan tungku (perapian) dari tahun ±500 SM. Ini membuktikan bahwa sejak 2.500 tahun yang lalu manusia telah menggunakan ganja dengan cara dibakar (smoking).
Bukti konkret ini menunjukkan sejak ribuan tahun yang lalu hubungan antara pengetahuan (wisdom) ganja dan manusia telah terjalin. Tetapi ilmuwan baru menemukan bukti ilmiah bagaimana ganja ‘berkomunikasi’ dengan manusia pada tahun 1990-an, melalui sebuah sistem biologis yang disebut endocannabinoid system (ECS).
Sistem Endocannabinoid (Endocannabinoid System)
Dr. Mechoulam dan rekan, meneliti dan menemukan sistem biologis kompleks dalam mahkluk hidup yang disebut endocannabinoid system (ECS). Tersebar di seluruh tubuh manusia: di otak, organ, jaringan ikat, kelenjar, dan sel imun. Fungsinya adalah untuk mempertahankan kestabilan tubuh (homeostatis) dan sebagai pengatur proses fisiologis dan patologis yang penting.
ECS menghasilkan senyawa Anandamide yang berfungsi meningkatkan nafsu makan, mood, dan motivasi. Uniknya, senyawa psikoaktif THC — dan metabolitnya — bertindak mirip dengan Anandamide, yaitu sama-sama mengikat reseptor CB1 yang banyak terdapat di bagian otak. Senyawa THC akan bekerja saat terikat dengan reseptor CB1 yang merupakan bagian dari ECS, dan menghasilkan efek yang memengaruhi tubuh dan pikiran.
Kandungan cannabinoid lainnya dalam ganja, CBD, juga berfungsi baik dalam memodulasi ECS. Cannabinoid yang berinteraksi dengan ECS dalam sel imun tubuh, memiliki kemampuan memengaruhi sel kanker atau tumor untuk membunuh dirinya sendiri (disebut apoptosis) agar tidak berkembang, serta mengurangi produksi dan pelepasan sitokin pro-inflamasi yang memiliki efek dasar mengurangi inflamasi.
Sistem endocannabinoid (ECS) yang tersebar di setiap jaringan tubuh (jaringan otot, jaringan ikat, jaringan epitel, saraf) menjadi dasar (underlying) sistem regulator utama pada saraf, endokrin, sistem imun, sistem pencernaan, sistem reproduksi, dan sistem sirkulasi darah atau pertukaran zat.
Sistem endocannabinoid dalam setiap tubuh manusia memiliki kadar reseptor dan endocannabinoid yang berbeda. Kekurangan endocannabinoid (Endocannabinoid Deficiency Syndrome) dalam tubuh menyebabkan kondisi yang berhubungan dengan hipersensivitas terhadap rasa nyeri seperti migrain dan fibromyalgia. Selain itu juga menjadi faktor yang menyebabkan depresi, gelisah, multiple sclerosis, anoreksia (gangguan makan disertai takut berat badan bertambah), parkinson, dan stress pasca-trauma (PTSD).
Melihat fenomena bagaimana fungsi cannabinoid dalam tanaman ganja dihasilkan untuk mempertahankan keberadaan hidupnya di bumi, yang dapat dimaknai sebagai suatu pengetahuan (wisdom), dan bagaimana tubuh manusia memiliki kecerdasan untuk mengembangkan sistem endocannabinoid, suatu sistem biologis kompleks yang mendasari sistem regulator serta menjadi tempat berinteraksinya cannabinoid dengan manusia, ini adalah suatu pengetahuan alam yang membuktikan bahwa manusia dan tanaman saling terhubung.
Kesadaran yang Lebih Tinggi (Higher Consciousness)
Penemuan jejak senyawa psikoaktif THC dalam tungku pembakaran yang berusia sekitar 2.500 tahun yang lalu, menunjukkan bagaimana peradaban manusia menggunakan ganja sebagai entheogen, untuk menimbulkan suatu pengalaman spiritual yang berhubungan dengan kesadaran. Namun makna dari perubahan kesadaran karena pengaruh ganja menjadi bias akibat stigma sosial yang melekat.
Sifat entheogen ganja juga dibuktikan secara empiris oleh ilmuwan Carl Sagan, melalui sebuah pengamatan yang intens saat dalam keadaan kesadaran tinggi dibawah pengaruh ganja. Ia merasakan ikatan terhubung (oneness) dengan lingkungan sekitarnya, dengan benda mati ataupun yang hidup. Selain itu, ia juga merasakan peningkatan sensitifitas pada sensor indera yang menjadi lebih peka terhadap rasa dan selera.
Bukti empiris bagaimana ganja mempengaruhi fakultas pikiran dan kesadaran tinggi, tidak terlepas dari cannabinoid THC aktif yang terikat dengan reseptor CB1 sebagai sistem endocannabinoid yang banyak tersebar di bagian otak. Penelitian ilmiah menemukan adanya keadaan konektivitas otak dinamis tertentu saat dalam perubahan kesadaran pengaruh penggunaan ganja.
Keadaan Konektivitas Dinamis dalam Otak
Efek penggunaan ganja menunjukkan adanya konektivitas dalam precuneus, yang merupakan area permukaan medial pada cerebral cortex dan berperan dalam aktivasi ingatan memori episodik serta pergeseran perhatian. Penelitian juga menemukan bahwa precuneus berperan penting dalam jaringan saraf yang berkaitan dengan kesadaran, khususnya aktivitas yang berkaitan dengan proses refleksi diri.
Penelitian dengan berbagai metode analisis ini, juga menemukan satu keadaan konektivitas sementara, yang ditandai dengan konektivitas tinggi dalam korteks auditori dan korteks somatosensorik, serta anti-kolerasi (efek hubungan terbalik) dengan struktur subkortikal dan cerebellum, yang hanya ditemukan selama dalam kondisi dibawah pengaruh ganja.
Korteks auditori berfungsi untuk mentransformasikan sensor suara menjadi informasi yang dapat dikenal seperti kata-kata atau musik. Korteks somatosensorik berfungsi untuk menerima dan menafsirkan semua informasi yang berasal dari sentuhan (taktil) dan sebagai pengolahan rasa sakit. Dengan bukti ilmiah adanya satu keadaan konektivitas tinggi sementara di kedua korteks ini, menunjukkan hubungan antara penggunaan ganja dengan peningkatan sensitifitas pada sensor indera.
Namun penelitian menemukan adanya konektivitas anti-kolerasi pada bagian struktur subkortikal (bertanggung jawab terutama terhadap kontrol motorik dan peran lainnya seperti pembelajaran motorik dan fungsi eksekutif dari perilaku dan emosi) serta cerebellum (berfungsi untuk mengatur kerja sama antar otot, mengendalikan keseimbangan, dan menjaga postur tubuh), yang menjadi penyebab kekakuan pada gerak motorik.
Melihat bagaimana cannabinoid THC memodulasi konektivitas jaringan saraf dalam precuneus yang berperan penting dalam kesadaran dan aktivitas proses merefleksikan diri, ini artinya penggunaan ganja memiliki kaitan dengan sesuatu yang meditatif atau kontemplatif, suatu proses refleksi diri atau perenungan kesadaran yang mendalam.
Meditatif Penuh (Meditativeness)
Meditatif adalah istilah yang berkaitan dengan aktivitas meditasi seperti suatu kesadaran mendalam melalui refleksi diri, mengubah persepsi tentang waktu menjad lebih lambat, serta relaksasi penuh pada pikiran dan motorik. Sifat meditatif menjernihkan fakultas pikiran sehingga segala sesuatu menjadi lebih intens teramati, seperti observasi empiris oleh seorang ilmuwan sains, Carl Sagan, saat mengalami perubahan kesadaran tinggi pengaruh ganja.
Kesadaran mendalam bukanlah sebuah pikiran (think), tetapi ketika keberadaan kesadaran itu ada, maka ia menjernihkan pikiran. Bahkan kesadaran itu menemukan ekspresinya melalui pikiran dan tubuh, melalui setiap sel hidup di tubuh manusia–termasuk sistem endocannabinoid.
Ekspresi kesadaran melalui pikiran
Ekspresi kesadaran melalui pikiran adalah sebuah kesadaran yang lebih tinggi (higher consciousness), melampaui kesadaran terbatas, bukan hanya sadar akan objek luar atau sesuatu yang ada di dalam dirinya (kesadaran hewan), tetapi kesadaran pikiran manusia yang melampaui naluri hewan.
Kesadaran yang lebih tinggi dimaknai sebagai keadaan sadar akan keberadaan alam dan makhluk hidup lainnya, bahkan terhadap setiap aktivitas sel-sel hidup dalam tubuh manusia. Sebuah kesadaran akan keberadaan yang saling menyatu (oneness), melampaui apa yang terlihat, bersifat abstrak, dan tak terbatas (infinite).
Ahli neurobiologi dan herbalis, Tammi Sweet, menjelaskan bahwa dalam tradisi shaman (cenayang), ganja adalah tumbuhan master plant, tanaman yang memiliki kemampuan untuk mengubah kesadaran kemanusiaan (consciousness of humanity). Mereka meyakini bahwa roh dalam tanaman (yang transenden) memiliki hubungan langsung dengan manusia dan mengubah kesadaran manusia.
Sejarah mencatat peradaban manusia telah menggunakan ganja untuk mendorong perubahan kesadaran yang transenden, sebuah kesadaran sebagai kompas untuk menuntun peradaban kehidupan manusia. Namun stigma sosial terhadap ganja menjadi kabut tebal yang menutupi kejernihan pengetahuan sejarah dan ilmiah, yang berawal dari propaganda anti-ganja di AS.
Ganja sebagai makhluk yang lebih dulu hidup, menghasilkan kecerdasan untuk keberlangsungan hidupnya serta lingkungannya. Dengan pengetahuannya (wisdom), ia melestarikan alam dan bukan hanya menyembuhkan manusia, tetapi telah tercatat dalam sejarah bahwa ganja berperan menuntun peradaban manusia lewat pembuktian ilmiah dan empiris.
“Seluruh Pancasila itu bisa diringkas dalam satu ayat yaitu bau ganja. Sama sensasinya menikmati lima sila itu dengan menikmati ganja di ketinggian 3500. Karena anda akan damai. Kalau Pancasila (saya bilang), cukup dua lembar daun ganja, dan seluruh dunia ini akan jadi Pancasilais.” – Rocky Gerung
Referensi: -https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31154891/ -https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17603406/