THC Lebih Berperan Penting dalam Efek Terapeutik (Hasil Studi Real-Time)

Baca Ganja – Penelitian dari University of New Mexico (26/02/19) telah memecahkan kesenjangan besar dalam literatur ilmiah dengan menggunakan teknologi seluler perangkat lunak (mobile software technology) untuk mengukur efek real-time (secara langsung) dari produk berbasis ganja, termasuk efek THC.

cara kerja THC dalam tubuh manusia

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa senyawa psikoaktif ganja, tetrahydrocannabinol atau THC, menunjukkan hubungan terkuat dengan pengobatan terapeutik, yang selama ini bertentangan dengan laporan media mainstream dan dogma ilmiah. Berlawanan dengan THC, senyawa cannabidiol atau CBD yang lebih dapat diterima secara sosial, menunjukkan bukti manfaat yang jauh lebih sedikit.

Dalam studi berjudul, “The Association between Cannabis Product Characteristics and Symptom Relief,” para peneliti menemukan bahwa kandungan THC dan CBD merupakan faktor terpenting dalam mengoptimalkan pengurangan gejala untuk berbagai macam kondisi kesehatan.

Penemuan studi ini berdasarkan pada kumpulan data (database) terbesar dari pengukuran secara langsung (real-time) efek ganja di Amerika Serikat, yang dikumpulkan menggunakan aplikasi ReleafApp.

Studi Real-Time Menggunakan Aplikasi

Ilustrasi aplikasi ReleafApp.

Sejak dirilis pada tahun 2016, ReleafApp yang dikembangkan secara komersial telah menjadi satu-satunya aplikasi yang tersedia untuk umum dan bebas insentif untuk mengedukasi pasien tentang bagaimana jenis produk mereka (misalnya: bunga atau konsentrat), metode pembakaran, subspesies ganja (indica, sativa, dan hybrid), dan bagaimana kandungan cannabinoid utama (THC dan CBD) mempengaruhi tingkat keparahan gejala mereka.

Pada dasarnya, ReleafApp memberikan umpan-balik bagi pengguna tentang status kesehatan mereka, pilihan pengobatan, dan hasil klinis dari pilihan tersebut yang diukur dengan tingkat meredanya gejala dan efek samping. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan praktis tentang bagaimana karakteristik fundamental dari produk ganja yang saat ini tersedia dan sering digunakan, karakteristik yang sering mempengaruhi pilihan konsumen, dan mempengaruhi tingkat intensitas gejala kesehatan.

Rata-rata pasien, di sekitar 20.000 sesi pengguna dan 27 kategori gejala yang diukur mulai dari depresi hingga aktivitas kejang, menunjukkan peningkatan gejala langsung sebesar 3,5 poin pada skala 0-10. Bunga ganja kering adalah produk yang paling umum digunakan dan dikaitkan dengan perbaikan gejala yang lebih besar daripada jenis produk lainnya.

Ganja dengan cepat mendapatkan popularitas sebagai analgesik tingkat menengah (mid-level analgesic) dan pengganti pengobatan yang menjanjikan untuk resep opioid dan golongan obat lainnya, yang sering membawa efek samping yang tidak diinginkan, seperti interaksi obat berbahaya dan resiko kematian.

Peneliti menilai bahwa studi ini mampu mengisi kekosongan paling signifikan dalam literatur medis sebelumnya, memahami kemanjuran pengobatan, dosis, rute pemberian, atau efek samping dari produk ganja yang umumnya digunakan dan tersedia secara komersial di Amerika Serikat. Dengan mempelajari produk yang mengandung THC dan CBD, peneliti dapat menganalisis hubungan penting dari cannabinoid ini untuk meredakan gejala dan prevalensi efek samping.

Kesimpulan Penelitian

Peneliti berpendapat, terlepas dari kebijakan konvensional — baik dalam pers populer dan dalam banyak komunitas ilmiah — yang berpendapat bahwa hanya CBD yang memiliki manfaat medis, sementara THC hanya menghasilkan efek high, hasil penelitian ini justru menunjukkan bahwa THC mungkin lebih penting daripada CBD dalam menghasilkan manfaat terapeutik.

Dalam studi penelitian ini, peneliti menilai CBD tampaknya memiliki pengaruh yang kecil, sementara THC menghasilkan perbaikan yang terukur dalam meredakan gejala. Temuan ini membenarkan penghapusan golongan semua jenis ganja, selain hemp, sehingga ganja dengan kandungan THC dapat lebih luas diakses untuk penggunaan farmasi oleh masyarakat.

Peneliti juga mengingatkan bahwa penggunaan ganja membawa risiko adiksi dan gangguan jangka pendek dalam fungsi kognitif dan perilaku, dan mungkin tidak efektif untuk semua orang. Namun, peneliti berpendapat telah melihat banyak orang menggunakannya sebagai pengobatan utama untuk kondisi kesehatan full spectrum sebagai bagian dari keinginan yang lebih luas untuk mendapatkan kendali lebih besar atas perawatan kesehatan mereka.

Tinggalkan komentar

Sharing is caring