Tubuh Republik yang Sakit akibat Sel Kanker

Baca Ganja – Indonesia, bila dianalogikan sebagai tubuh makhluk hidup, menyerupai seorang pesakitan dengan gejala kronis yang memerlukan diagnosis mendalam.

tubuh republik indonesia sel kanker

Masyarakat Indonesia merasakan duka pasca peringatan HUT kemerdekaan ke-80, sebuah tragedi yang mengingatkan pada peristiwa Reformasi 1998. Jika dianalogikan sebagai tubuh, Indonesia ibarat pesakitan yang menderita penyakit kambuhan dan menahun. Namun, tubuh dengan sistem imun dan sel-sel yang cukup kuat mampu menghadapi gejala atau penyakit yang muncul.

Pengantar

Berbicara tentang Republik, akan lebih mudah jika kita mengandaikannya sebagai badan manusia, yang di dalamnya terdapat triliunan sel dengan peran masing-masing: sel darah merah mengangkut oksigen, sel darah putih bertugas sebagai sistem imun, sel otot membentuk rangka dan organ internal, sel saraf (neuron) mengirimkan sinyal komunikasi antarbagian tubuh, dan seterusnya.

Bagian-bagian sel dalam badan ini dapat dipandang sebagai cerminan badan Republik, yang di dalamnya terdapat lembaga-lembaga negara serta masyarakat sipil dengan fungsi masing-masing. Setiap bagian badan Republik bekerja berdasarkan sistem, sebagaimana badan manusia memiliki sistem biologis: sistem pernapasan, sistem pencernaan, hingga yang berhubungan dengan senyawa ganja, sistem endocannabinoid—berperan menjaga keseimbangan (homeostasis) tubuh.

Tanpa sistem homeostasis atau keseimbangan, sel-sel badan akan bekerja secara tidak normal, hingga tumbuh liar menjadi kanker atau tumor. Dalam badan Republik, sistem penyeimbang itu adalah demokrasi, dengan nilai Pancasila sebagai genetik DNA yang menjadi fondasi kehidupan.

Kini, badan Republik sedang mengalami ketidakstabilan: demokrasi sebagai sistem keseimbangan melemah, sehingga sel kanker mengganas dan menyebar ke organ-organ badan—lembaga-lembaga negara. Mungkin, Indonesia memang membutuhkan ‘senyawa ganja’ atau masyarakat sipil sebagai penyeimbang; bukan sekadar zat, melainkan simbol kesadaran yang mampu menyadarkan sel kanker untuk kembali ke sifat alaminya: mematikan diri (apoptosis), dan memberi ruang bagi regenerasi agar tubuh Republik kembali sehat.

Tubuh Republik yang Sakit akibat Sel Kanker

Setelah penjelasan di atas, akhirnya kita menemukan penyakit dalam tubuh Republik: sel kanker yang telah mendekati stadium akhir dan berpotensi membunuh jiwa sekaligus raga bangsa ini. Sel kanker itu menolak berapoptosis—menolak ‘mematikan diri’ atau mundur dari fungsi dan peranannya. Sebaliknya, ia terus membelah, melahirkan sel-sel anak, tumbuh, dan menyebar tanpa kendali.

Kini, sel kanker itu telah menjangkiti sistem saraf—otak Republik—yaitu lembaga pemerintahan tertinggi: Presiden. Sementara itu, anggota DPR yang seharusnya bertindak sebagai sistem imun tubuh, gagal menjalankan fungsinya. Sel kanker berhasil melumpuhkan sel imun, bahkan menyelinap ke dalam sel-sel sehat: masyarakat sipil.

Sebagai sel-sel sehat, masyarakat sipil masih menyimpan akal sehat sebagai penopang kehidupan badan Republik. Namun kewaspadaan tetap perlu dijaga, sebab sel kanker yang mengganas selalu berusaha menyusup ke sekitar sel sehat, memengaruhi, bahkan mengubahnya menjadi jenis kanker baru.

Masyarakat harus berpikir sebagai satu kesatuan tubuh yang di dalamnya terdapat berbagai (perbedaan) sel dan organ, bukan membayangkan Republik sebagai berbagai jenis potongan daging yang ditusuk menjadi satu sate, seperti saat ini. Tubuh Republik digerakkan bukan hanya oleh otak atau Presiden, tetapi juga oleh sel-sel tubuh: persatuan masyarakat sipil. Artinya, partisipasi dan suara individu sangat penting untuk menggerakkan badan Republik.

Cara sel kanker memengaruhi sel sehat—yang masih memiliki akal sehat—adalah dengan mengalihkan perhatian dari masalah-masalah utama yang membuat sel kanker beranak, menyebar, dan mengganas. Sel sehat dibuat kebingungan, sementara kelompok sel kanker tampak seolah menjadi pahlawan—padahal sosok superhero yang mengenakan celana dalam di luar, tak mungkin muncul di dunia nyata.

Semoga tulisan ini dapat menjadi oksigen bagi perjuangan masyarakat sipil sebagai sel-sel darah merah yang merawat tubuh Republik yang tengah sakit. Menjaga kesehatan tubuh Republik sama dengan menjaga tubuh diri sendiri. Dengan keseimbangan yang terjaga, tubuh bangsa akan kembali berfungsi, sesuai dengan DNA sejatinya: Pancasila.

Tinggalkan komentar

Sharing is caring