Baca Ganja – Plak gigi adalah masalah kesehatan gigi yang dialami setiap manusia dari berbagai kelompok usia. Penelitian menemukan senyawa ganja atau cannabinoid efektif menghambat pertumbuhan bakteri dalam sampel plak gigi.
Plak gigi adalah kumpulan biofilm (kumpulan bakteri yang melekat di suatu permukaan) yang terdiri dari beragam spesies mikroba yang terakumulasi di permukaan gigi, yang berkontribusi pada perkembangan karies dan penyakit pada jaringan pendukung gigi (periodontitis).
Berbagai faktor dapat mempengaruhi kesehatan gigi termasuk pola makan dan gaya hidup. Kebersihan gigi membutuhkan perawatan teratur yang tepat dengan produk yang sesuai, dan mencuci mulut setelah menyikat gigi dilaporkan efektif dalam mengurangi plak gigi dan gingivitis (radang gusi).
Dilansir dari Journal of Cannabis Research (23/06/20), peneliti menemukan sifat anti-mikroba dari senyawa ganja (cannabinoid) terhadap bakteri plak gigi. Penelitian menggunakan sampel plak gigi yang dikumpulkan dari 72 orang dewasa berusia antara 18 dan 83 tahun.
Cannabinoid yang digunakan peneliti untuk diinfus dalam obat kumur adalah senyawa cannabidiol (CBD) dan cannabigerol (CBG), yang masing-masing mengandung CBD dan CBG dengan kandungan < 1% berat cannabinoid dalam obat kumur.
Sebagai perbandingan, peneliti juga menyertakan 2 produk obat kumur yang umum dijual di toko (Produk A dan Produk B) untuk mewakili produk obat kumur yang tersedia secara komersil. Produk A mewakili obat kumur yang mengandung minyak esensial dan alkohol, dan Produk B mewakili obat kumur bebas (tanpa) alkohol yang mengandung fluorida.
Obat kumur Produk A dan Produk B sama-sama mengandung chlorhexidine yang sering disebut sebagai ‘standar emas’ (gold standard) dalam kedokteran gigi dan dilaporkan sangat efektif dalam mengurangi pembentukan plak gigi, gingivitis (radang gusi), dan biofilm. Namun menghasilkan efek samping seperti perubahan warna gigi dan penumpukan kalsium.
Obat kumur yang diinfus cannabinoid bekerja sama atau lebih baik daripada chlorhexidine 0.2%
Chlorhexidine 0.2% (CHX 0,2%) menunjukkan penghambatan bakteri yang konsisten pada semua sampel yang diuji dalam penelitian. Rata-rata, baik obat kumur CBG atau obat kumur CBD menunjukkan efisiensi yang sama seperti CHX 0,2% yang merupakan gold standard kedokteran gigi.
Dalam beberapa sampel, obat kumur CBD dan/atau obat kumur CBG menunjukan efisiensi yang lebih baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri daripada CHX 0,2%. Sedangkan obat kumur Produk A dan Produk B sama sekali tidak membentuk zona hambat kecuali Produk A (yang mengandung alkohol) , yang menunjukkan zona hambat hanya pada 9 sampel dari 72 sampel yang diuji.
Penelitian molekuler terperinci menunjukkan bahwa cannabinoid sintesis mengganggu sinyal penginderaan kuorum Autoinducer-2 (AI-2) yang digunakan bakteri patogen periodontitis untuk berkomunikasi dan mengatur berbagai fungsi termasuk pembentukan biofilm, respon stress, dan ekspresi faktor virulensi.
Kemampuan cannabinoid sebagai agen anti-mikroba sekaligus kemampuannya mengganggu sinyal penginderaan kuorum AI-2 membuat cannabinoid menjadi pengobatan tepat untuk diterapkan dalam perawatan gigi.
Obat kumur yang diinfus cannabinoid (CBD dan CBG) menawarkan alternatif perawatan gigi yang lebih aman dan efektif tanpa kandungan fluorida atau alkohol. Selain itu, obat kumur yang diinfus cannabinoid tidak menghasilkan efek samping dalam obat kumur yang mengandung chlorhexidine 0.2%, seperti perubahan warna pada gigi dan menyebabkan penumpukan kalsium.
Referensi: -Journal of Cannabis Research, June 2020, Kumar Vasudevan & Veronica Stahl