Manfaat Akar Ganja: Sejarah, Penelitian, dan Testimoni

Baca Ganja – Tak ada bunga atau buah jika tak ada akar, begitupun dengan bunga yang baik tentu memiliki akar yang baik, contohnya ganja. Bahkan sejarah mencatat ilmuwan di zaman Yunani Kuno sudah menulis manfaat akar ganja.

manfaat akar ganja
Akar ganja.

Di Indonesia, masyarakat Aceh yang memiliki hubungan sejarah budaya dengan ganja masih menggunakan akar rebusan ganja secara sembunyi-sembunyi untuk menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

Adapun warga Ambon yang mengidap diabetes bersedia memberikan testimoninya tentang rebusan akar ganja yang mengobati luka diabetesnya. Namun sebelumnya, berikut ini adalah manfaat akar ganja menurut penelitian.

Dalam artikel berjudul “Cannabis Roots: A Traditional Therapy with Future Potential for Treating Inflammation and Pain (2017)“, ilmuwan Dr. Ethan Russo, menuliskan sejarah penggunaan, kandungan senyawa aktif, dan penelitian medis terkini mengenai akar ganja.

Sejarah Penggunaan Akar Ganja / Kanabis

manfaat akar ganja
Buku Naturalis Historiae.

Akar tanaman ganja memiliki sejarah panjang dalam dunia medis bahkan sejak Sebelum Masehi. Namun, potensi terapeutik akar ganja telah diabaikan di zaman modern.

Di abad pertama, Pliny the Elder menjelaskan dalam buku Natural History bahwa air rebusan akar ganja dapat digunakan untuk menghilangkan kekakuan pada persendian, asam urat, dan kondisi terkait.

Pada akhir abad ke-17, para herbalis merekomendasikan akar ganja untuk mengobati demam, peradangan, nyeri sendi, asam urat, serta luka bakar dan tumor keras. Namun sebagian besar pengobatan dengan akar kanabis (ganja) telah diabaikan dalam praktik medis modern.

Asam Urat, arthritis dan nyeri sendi

Pada tahun 1542, dokter dan ahli botani Jerman, Leonhart Fuchs, menulis dalam bukunya “akar ganja (hemp), direbus dalam air, dan dibungkus — bagus untuk asam urat”. Demikian pula dokter dan penulis Prancis, François Rabelais mencatat, “akar ramuan ganja, direbus dalam air, dapat menenangkan otot, sendi kaku, nyeri encok, dan rematik.

Szymon Syrenski, ahli botani dan akademis dari Polandia, mencatat penggunaan akar ganja yang direbus untuk “bagian tubuh yang mengkerut”. Pada tahun 1640, John Parkinson, ahli botani dan herbalis juga mencatat “rebusan akar dapat mengurangi rasa sakit akibat asam urat, tumor keras, dan penyusutan otot.

Pada tahun 1710, Dr. William Salmon asal Inggris mencatat “rebusan akar ganja untuk meringankan nyeri encok, membantu tumor keras, kram, penyusutan otot, dan meredakan nyeri pinggul. Digunakan dengan cara tuam bersama bunga barley, diperbarui setiap hari.

Tahun 1758, penulis Prancis, M. Marcandier mencatat dalam bukunya Traité du Chanvre, “akarnya direbus dalam air, dan akarnya dilapisi dalam bentuk tuam dapat meredakan dan melembutkan sendi-sendi jari yang mengkerut. Cukup baik mengobati asam urat dan radang lainnya”.

Secara umum, catatan sejarah menunjukkan bahwa akar ganja paling umum digunakan dengan cara mengekstrak dengan air mendidih, dan dioleskan (dituam) untuk mengobati asam urat dan arthritis dengan membungkus akar rebusan ganja dengan kain.

Demam

Pada abad ke-12, Ibnu Sina (Avicenna) seorang filsuf Persia menulis dalam Buku al-Qanun fil Tabib (Canon of Medicine) bahwa, “kompres dengan akar rebusan ganja menurunkan demam”.

Di Argentina, akar ganja juga di rekomendasikan untuk demam akibat infeksi malaria — “kulit akar memberikan rasa yang cukup tajam terutama karena adanya tanin, saat akarnya segar bisa digunakan dalam memasak dengan kadar 30 gram per liter air, ataupun kering, 15 gram, untuk mengurangi serangan demam pada malaria.” Dari laporan ini, akar ganja diberikan secara topikal dan oral untuk demam.

Inflamasi / Peradangan

Ada banyak yang menyebutkan akar ganja sebagai pengobatan peradangan. Pada abad ke-17, seorang ahli botani, herbalis, dan dokter Inggris, Nicholas Culpeper, dalam bukunya Culpeper’s Complete Herbal menyatakan “akar rebusan meredakan peradangan pada kepala atau bagian lainnya”.

Pada tahun 1640, Parkinson juga mencatat “ganja (hemp) bersifat sejuk dan kering — akar rebusan ganja untuk menghilangkan radang di kepala atau bagian lain”. Tahun 1710, Salmon mencatat “akar rebusannya baik untuk melawan atau menghilangkan peradangan di kepala atau bagian lain.”

Tahun 1747, dokter Robert James asal Inggris menulis dalam bukunya Pharmacopoeia Universalis: or, A New Universal English Dispensatory, “akar ganja yang direbus mendidih di aplikasikan dengan cara tuam, mengurangi peradangan”. Pada abad ke-18, M. Husain Khan yang juga menulis dalam teks buku kedokteran Persia, Makhzan-al-Adwiya, “sebuah tuam dari rebusan akar dan daun ganja untuk meredakan masalah peradangan, menyembuhkan erisipelas, dan untuk menghilangkan penyakit saraf nyeri.”

Secara umum, metode pengunaan akar ganja untuk menargetkan peradangan yang aktif adalah dengan akar ganja rebus atau ekstrak air yang telah matang dari rebusannya digunakan secara topikal (pemakaian pada kulit).

Kulit terbakar (luka bakar) / Skin burns

Akar ganja juga telah digunakan secara topikal untuk mengobati luka bakar kulit. Tahun 1542, Fuchs mencatat “akar ganja yang mentah, ditumbuk dan dibungkus, baik untuk luka bakar”. Pada tahun 1640, Parkinson juga mencatat “ganja bersifat sejuk dan kering — rebusan akarnya baik untuk digunakan di setiap bagian tubuh yang terbakar api. Jika jus segar, dicampur dengan sedikit minyak atau mentega”.

Pada tahun 1758, Marcandier melaporkan bahwa akar ganja “ditumbuk dan digiling segar dengan mentega dalam lesung, seseorang menggunakannya untuk mengobati luka bakar, yang dapat meredakannya tanpa batas, asalkan sering diganti baru”. Secara keseluruhan, akar ganja digunakan secara topikal untuk meredakan luka bakar kulit dengan berbagai cara, termasuk akar mentah, jus, dan dicampur dengan lemak (minyak atau mentega).

Tumor keras / Hard tumors

Ada yang menyebutkan akar ganja mengobati tumor, namun istilah “tumor” mungkin digunakan untuk menggambarkan segala jenis “abses, luka, bisul, atau pembengkakan,” tapi tidak jelas apakah tumor ini termasuk apa yang kita anggap hari ini sebagai tumor kanker.

Pada abad ke-12, Ibnu Sina menulis “kompres dengan akar rebusan ganja… mengatasi indurasi (kulit yang menonjol), jika diterapkan pada tumor panas dan bagian yang mengeras pada bagian tubuh”. Baca juga mengenai tulisan Ibnu Sina dalam Buku al-Qanun fil Tabib lainnya (klik disini).

Pada tahun 1710, Salmon mencatat “rebusan akar — dikatakan… untuk membantu tumor keras pada persendian”. Demikian pula, tahun 1747, James menulis “rebusan akar ganja mendidih, digunakan dengan cara tuam, untuk menangani tumor dan meredakan asam urat pada persendian”. Lebih lanjut, pada 1758, Marcandier melaporkan bahwa akar ganja “mengatasi tumor dan kalositas sendi”.

Persalinan

Dalam teks buku ilmu pengobatan Tiongkok Kuno, Pen Tsao Ching, menyatakan bahwa “sari akar ganja digunakan untuk membantu menghentikan pendarahan setelah melahirkan”. Jus dari akar ganja dianggap memiliki manfaat dalam menjaga plasenta dan pendarahan post-partum. Pengetahuan lainnya dari Tiongkok melaporkan “akar ganja digunakan dalam pengobatan banjir dan bercak keputihan, persalinan yang sulit, retensi plasenta, dan terjatuh”.

Baca juga: Sejarah penggunaan ganja di Tiongkok Kuno

Penggunaannya secara oral, baik sebagai ramuan atau di hancurkan untuk di ekstrak sebagai jus (dalam akar keadaan segar). Menariknya, untuk membantu persalinan yang sulit, akar ganja diberikan secara oral, baik sebagai jus atau pun di rebus.

Penyakit menular seksual

Ada laporan akar ganja digunakan untuk membantu mengobati penyakit menular seksual gonore (kencing manis). Pada abad ke-17, G.E. Rumphius ahli botani Jerman yang ditugaskan oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda di Pulau Ambon, Maluku (Indonesia), mencatat “orang-orang menggunakan akar tanaman ganja dari kebun saya dan di berikan kepada penderita gonore untuk dimakan”. Namun tidak dijelaskan bagaimana akar ganja disiapkan untuk dimakan dalam bukunya Herbarium Amboinese.

Aktivitas sistem pencernaan / Gastrointestinal activity

Akar ganja telah digunakan untuk melindungi dari rasa mual dan muntah (anti emetik) di Réunion, sebuah pulau Prancis di Samudra Hindia: “akarnya yang direbus digunakan untuk mengurangi muntah pada bayi…” Di Chili, akar ganja digunakan untuk menginduksi muntah (pencahar).

Di Argentina, akar ganja direkomendasikan, “kulit kayu ganja dihancurkan dan dicampur dengan anggur untuk mengatasi weakness (mungkin kelelahan) dan nyeri pada bagian perut. Digunakan pada saat yang sama pada bagian sistem pencernaan, menghilangkan racun dan infeksi akibat kelelahan. Buahnya (biji) bisa menggantikan akarnya”.

Infeksi

Ada beberapa penyebutan akar ganja untuk mengobati infeksi. Dalam teks buku kedokteran Persia, Makhzan-al-Adwiya, tertulis “tuam dari akar ganja rebus dan daunnya sebagai obat erisipelas”, yang merupakan infeksi bakteri pada lapisan kulit bagian atas (atau luar).

Di Argentina, akar ganja direkomendasi “untuk menghilangkan racun dan infeksi”. Marcandier juga mencatat pada tahun 1758 bahwa “jus dan akar ganja rebus yang ditempatkan di pantat (anus) kuda, faktanya, dapat mengeluarkan hama (atau kutu)”. Untuk mengobati infeksi, akar ganja diberikan secara topikal, oral, dan intrarectal (melalui anus).

Kandungan Senyawa Akar Ganja / Kanabis

Dalam penelitiannya, Dr. Ethan Russo mengidentifikasi kandungan senyawa dalam akar ganja, di antaranya:

  • triterpenoids, friedelin (12.8 mg/kg), dan epifriedelanol (21.3 mg/kg)
  • alkaloids, cannabisativine (2.5 mg/kg) dan anhydrocannabisativine (0.3 mg/kg)
  • carvone dan dihydrocarvone; N-(p-hydroxy-β-phenylethyl)-p-hydroxy-trans-cinnamamide (1.6 mg/kg)
  • berbagai sterol seperti sitosterol (1.5%), campesterol (0.78%), and stigmasterol (0.56%)
  • dan berbagai senyawa lainnya, termasuk kolin.

Sebagai catatan, akar ganja bukan merupakan sumber Δ9-tetrahydrocannabinol (THC), cannabidiol, atau phytocannabinoid lainnya yang diketahui pada umumnya.

Senyawa aktif pada akar ganja / kanabis

senyawa aktif akar ganja
Senyawa aktif akar ganja (klik gambar untuk perbesar).

Akar ganja mengandung banyak senyawa aktif yang berbeda, termasuk triterpenoid, friedelin, dan epifriedelanol. Friedelin banyak ditemukan pada tumbuhan termasuk Aesculus, Cannabis, Citrus (jeruk), Diospyros, Oak, Rhododendron, Vaccinium,tumbuhan lumut, alga, dan batu bara. Epifriedelanol juga terdapat banyak pada tanaman lainnya.

Studi yang dilakukan peneliti Slatkin D.J dan rekan (1971) yang menggunakan sampel akar ganja dari Meksiko, mengkalkulasi konsentrasi kandungan friedelin sebanyak 12,8 mg/kg dan epifriedelanol sebanyak 21,3 mg/kg. Saat ini belum ada penelitian yang secara khusus mengisolasi senyawa friedelin atau epifriedelanol dari akar ganja untuk mengetahui aktivitas senyawa tersebut.

Studi yang dilakukan peneliti V.K Sethi dan rekan (1977) mengumpulkan akar ganja liar dari India. Dari sampel 2 kg akar bubuk kering dalam pengujian ekstrak menunjukkan kandungan: 15 mg friedelin, 29 mg epifiredelanol, dan 30 mg beta-sitosterol. Menariknya, peneliti juga mengisolasi minyak akar ganja 2,3 gram yang diekstrak dengan N-hexana, dan mencatat ekstrak akar ganja mengeluarkan aroma yang khas.

Esktrak minyak akar ganja yang di identifikasi dengan kromatografi cair gas mengandung 77,7% carvone dan 23,3% dihydrocarvone. Carvone dan dihydrocarvone adalah monoterpen yang ditemukan dalam spesies Mentha spicata (spearmint) dan Anethum graveolens (adas sowa) yang bertanggung jawab atas aroma mint yang khas.

Senyawa lain yang di identifikasi dalam akar ganja termasuk cannabisativine (2,5 mg/kg) dan anhydrocannabisativine (0,3 mg/kg). Yang mengejutkan, tidak ada informasi farmakologis yang tersedia pada kedua alkaloid ini. Akar ganja mengandung berbagai sterol, termasuk sitosterol (1,5%), campesterol (0,78%), dan stigmasterol (0,56%). Akar ganja juga terbukti mengandung N-(p-hydroxy-β-phenylethyl)-p-hydroxy-trans-cinnamamide dengan konsentrasi 1,6 mg/kg, selain itu juga terdapat kandungan kolin.

Manfaat Medis Kandungan Senyawa pada Akar Ganja

Melihat banyaknya literatur sejarah dalam dunia kedokteran yang mencatat manfaat akar ganja, membuat sains modern saat ini tertarik untuk meneliti akar ganja. Berikut ini adalah penelitian atau studi modern mengenai aktivitas bio-kimia senyawa pada akar ganja.

Inflamasi, demam, dan nyeri (pain)

Terdapat beberapa senyawa pada akar ganja berpotensi memiliki aktivitas anti-inflamasi, di antaranya adalah alkaloid, fitosterol, N-(p-hydroxy-β-phenylethyl)-p-hydroxy-trans-cinnamamide, dan friedelin. Uji coba yang dilakukan pada tikus laboratorium (Wistar albino) dewasa, friedelin menunjukkan aktivitas anti-inflamasi yang kuat, friedelin mengurangi edema (pembengkakan akibat cairan menumpuk) pada kaki tikus.

Friedelin juga dapat membantu mengatasi demam yang diberikan dengan cara oral, menunjukkan penurunan suhu rektal yang signifikan pada uji coba tikus. Hasilnya sebanding dengan efek antipiretik (obat penurun panas) parasetamol (asetaminofen). Friedelin secara signifikan mengurangi rasa nyeri akibat penyempitan atau kontraksi otot perut pada tikus di injeksi asam asetat.

Akar ganja juga terbukti mengandung N-(p-hydroxy-β-phenylethyl)-p-hydroxy-trans-cinnamamide dengan konsentrasi 1,6 mg/kg. Uji coba pada tikus menunjukkan aktivitas analgesik (pereda nyeri) dengan dosis 25, 50, dan 100 mg/kg. Carvone yang di identifikasi pada akar ganja dari India oleh peneliti V.K Sethi dan rekan (1977), juga menunjukkan aktivitas anti-nosiseptif (pereda rasa nyeri) pada tikus uji coba. Minyak M. spicata (spearmint) mengandung hingga 60-70% carvone sedang diteliti untuk pengobatan osteoartritis (radang sendi).

Aktivitas estrogenik / Estrogenic activity

Friedelin mungkin memiliki aktivitas estrogenik (yang mengandung hormon estrogen). Cissus quadrangularis (Cikal tulang) adalah tanaman yang dapat dimakan yang ditemukan di daerah India, Sri Lanka, Melayu, Jawa, dan Afrika Barat. Tanaman ini tercatat dalam teks Kitab Ayurveda sebagai obat asam urat, sifilis, penyakit kelamin, dan sebagai afrodisiak (meningkatkan gairah seksual).

Senyawa kaya friedelin yang di isolasi dari tanaman C. quadrangularis terbukti memiliki aktivitas estrogenik pada tikus Wistar betina yang indung telurnya sudah diangkat (Oophorectomy). Tikus yang diberikan senyawa friedelin (75 dan 100 mg/kg) meningkatkan parameter perilaku seksual dan peningkatan serum estrogen. Tanaman Maytenus ilicifolia juga mengandung friedelin dan dilaporkan memiliki aktivitas estrogen.

Antioksidan, pelindung hati, dan aktivitas anti kanker

Senyawa terisolasi friedelin yang berasal dari daun Azima tetracantha Lam. menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat dalam uji coba dan memiliki sifat melindungi hati. Dengan pemberian dosis awal 40 mg/kg, friedelin mengurangi peningkatan fungsi hati yang di induksi karbon tetraklorida (CCl4) yang mengakibatkan kerusakan hati.

Friedelin dan epifriedelanol yang di isolasi dari berbagai tanaman lain memiliki aktivitas melawan berbagai sel kanker, namun friedelin dan epifriedelanol yang di isolasi dari kulit batang Elaeocarpus floribundus memiliki aktivitas anti-kanker yang tidak terlalu kuat.

Testimoni

Selain sejarah dan studi penelitian modern mengenai manfaat akar ganja, ada sebuah kisah dari Maluku, Ambon, yang mengobati luka penyakitnya menggunakan akar ganja.

Di awal tahun 2019, Aldohri seorang aktivis kanabis mendapat cerita menarik dari seseorang yang enggan disebutkan namanya, berinisial IM. IM adalah seorang pemuda berusia 29 tahun asal dari desa pesisir kota Ambon, mahasiswa Universitas Pattimura. IM menderita diabetes basah dan dari sakit yang di deritanya membuatnya kehilangan beberapa jari kakinya akibat luka yang terus menyebar.

IM merupakan yatim piatu, dan beliau hanya bisa memasrahkan diri dengan segala keterbatasannya, sebab telah dicoba berbagai macam pengobatan, dan telah ke dokter juga. Hanya saja vonis dokter berbeda-beda, ada yang memvonisnya dengan penyempitan pembuluh darah, ada juga yang memvonis radang akibat rokok dan sampai pada yang memvonisnya terkena diabetes basah.

Selama sakit, IM dirawat oleh saudara perempuannya. Akibat diabetes membuat kualitas hidup IM semakin hari semakin menurun, dari mengalami sulit tidur karena nyeri, makan yang tidak terasa enak di mulut, dan luka yang menyebar kian semakin membusuk. Dan suatu ketika, IM mendengar kampanye yang mengatakan bahwa ganja dapat mengobati diabetes. Lalu ia kembali mengumpulkan harapan dengan mencari tau mengenai informasi pengobatan dengan ganja.

IM membaca semua artikel pengobatan ganja yang berkaitan dengan diabetes, dan memberanikan diri untuk mencoba. Tanpa memikirkan masalah hukum, ia berusaha menemukan ganja untuk mengobati penyakitnya, dan metode pengobatannya tidak seperti pandangan umum dengan cara dihisap seperti rokok. IM tidak mencari daun ganja pada umumnya, ia berusaha mencari akar dari pohon ganja, sebab yang IM ketahui dari literasi yang dibaca bahwa akar dari pohon ganja sebagai obat diabetes.

Dengan akar tersebut, IM merebus dan meminum air rebusan akar ganja. Efek yang dirasakan pertama kali adalah rasa nyeri yang biasa dirasakan perlahan mulai menghilang. Tahap berikutnya IM mulai kembali pada kualitas hidup yang membaik, nafsu makan kembali, memiliki kualitas tidur yang cukup, luka pada jari kakinya mulai menunjukkan perbaikan sel, dan beberapa jari yang busuk mulai memerah dan tidak lagi menimbulkan bau.

Namun sayang, karena ganja masih menjadi sesuatu yang melanggar hukum di Indonesia, menjadikan kesulitan bagi IM dalam mencari akar ganja yang memberikannya harapan. Dalam proses pengobatan dengan akar ganja untuk mendapatkan hasil positif, IM mengkonsumsi air rebusan akar ganja selama 12 kali pemakaian, 1 hari per gelas selama 12 hari.

Bisa dibayangkan jika ganja medis diperbolehkan, maka sungguh besar harapan IM dapat terbebas dari diabetes basah yang dideritanya. Demikian kisah IM yang berkenan membagikan kisah pengobatan dengan akar ganja.

Kesimpulan

Sebenarnya jika melihat kandungan senyawa pada akar ganja, tidak ada sama sekali kandungan cannabinoid — baik CBD atau THC. Namun, sejarah kedokteran atau medis dari abad Sebelum Masehi ternyata sudah mendokumentasikan manfaat akar ganja walaupun saat itu ilmu sains tidak seperti sains modern sekarang. Selain itu, penelitian sains modern telah menemukan beberapa kandungan senyawa aktif pada akar ganja memiliki sejumlah kandungan yang baik.

Seperti di Indonesia, masyarakat aceh yang menggunakan air rebusan akar ganja untuk mengobati diabetes dan juga testimoni dari kisah IM yang menggunakan air rebusan akar ganja untuk mengobati diabetesnya, layaknya diberi perhatian oleh negara. Jika studi penelitian atau ilmu pengetahuan terus diabaikan oleh negara, maka negara akan gagal mengikuti perkembangan sains yang akhir-akhir ini menjadi pusat perhatian dunia terutama akibat wabah COVID-19.

Selain itu, G.E Rumphius dalam bukunya Herbarium Amboinese (1741) menulis, akar ganja digunakan oleh “orang-orang” (masyarakat setempat) untuk mengobati penyakit menular seksual gonore. Jika dilihat dari catatan G.E Rumphius, ada kemungkinan besar bahwa masyarakat Maluku sudah sejak dahulu menggunakan akar ganja untuk pengobatan. Andai saja pengetahuan budaya pengobatan lokal dijaga, dilestarikan, dan diteliti, pasti akan menghasilkan pengetahuan kesehatan baru yang bermanfaat.

– Manfaat Akar Ganja


Referensi:
-"Cannabis Roots: A Traditional Therapy with Future Potential for Treating Inflammation and Pain", Ethan Russo (2017).

Tinggalkan komentar

Sharing is caring