Dibalik Trik Pemasaran Kopi Ganja Budi Waseso

Baca Ganja – Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, meresmikan kedai kopinya bernama ‘Kopi Jenderal’. Uniknya, kedai kopi tersebut menyediakan kopi ganja. Ini merupakan sudut pandang pribadi mengenai kopi ganja Budi Waseso.

kopi ganja budi waseso
Komisaris Jenderal Polisi (Purn) Budi Waseso dalam acara peluncuran Kopi Jenderal (19/2/2020).

Bertepatan di hari ulang tahun Budi Waseso yang ke-60, tanggal 19 Februari 2020. Beliau meresmikan ‘Kopi Jenderal’ miliknya di Kantor Pusat Perum Bulog Jakarta.

Awalnya saya tidak terlalu tertarik membahas Kopi Jenderal milik beliau yang biasa disapa Pak Buwas, tetapi ada hal yang menarik perhatian saya, yaitu ‘Kopi Ganja’ yang menjadi salah satu menu kopi andalannya.

Seperti yang dilansir situs Detik Finance (19/2/2020), Budi Waseso terinspirasi membuat Kopi Ganja (singkatan dari Gayo dan Jawa) saat masih menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) di tahun 2018 silam. Beliau yang melihat banyak tanaman ganja yang subur di Aceh berpikir untuk menggantikannya dengan kebun kopi.

“Saya mau buat alternative development, tidak bisa ganja, harus berubah, karena ganja kurang bermanfaat. Salah satunya dari Kolombia mengatakan kopi. Karena ketinggian 1.200-1.400 meter itu bagus untuk kopi dan hasilnya berkualitas,” kata Buwas di kantornya, Jakarta, Rabu (19/2/2020).

Dengan dibantu rekan kerjanya di BNN, akhirnya Buwas sukses memberdayakan petani Aceh untuk menanam kopi.

“Akhirnya program membuat kopi saya laksanakan di Aceh dibantu teman-teman BNN. Akhirnya di situ pendek cerita saya berhasil melaksanakan alternatif perkebunan ganja dengan tanaman kopi,” ujar Buwas.

Tapi menurut pandangan pribadi, kopi ganja Budi Waseso ada yang janggal dan tidak bisa diterima dalam logika. Sebelum menjelaskan pandangan pribadi, mari disimak pernyataan-pernyataan Pak Buwas mengenai ganja sebelumnya.

Menentang Ganja

Pengutipan kata ganja dalam salah satu menu Kopi Jenderal membuat saya sedikit bingung terhadap Pak Buwas. Kata ganja tersebut rasanya bertolak belakang dengan pernyataan Buwas yang bisa dilihat di video kanal Youtube KOMPASTV, 5 April 2017, yang berjudul “Buwas: Ganja Untuk Kesehatan Tak Masuk Akal (Bag 2)“.

Dalam video tersebut yang membahas penanaman ganja yang dilakukan Fidelis Ari untuk mengobati istrinya yang mengidap penyakit langka sumsum tulang belakang, sangat jelas bahwa Buwas menentang ganja.

Bahkan Buwas memberikan pernyataan bagi organisasi masyarakat yang menyuarakan pemanfaatan ganja sebagai warga negara yang tidak cinta terhadap Indonesia.

“Tolong rekan-rekan LSM yang ngomong itu, ya, tolong diliat lah, ancaman negara kita, kalau mereka mau memperlakukan itu, ya mereka jangan jadi WNI, silakan keluar dari negara Indonesia, dia hidup di negara lain yang membebaskan masalah ganja. Ini hal-hal yang memang secara nalar dan kenyataan bahwa mereka ini tidak berpikir untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia.”, kata Buwas dalam video tersebut.

Lalu apa kabar dengan Kopi Ganja Budi Waseso yang ada di salah satu menu ‘Kopi Jenderal’ milik beliau?

Nama ‘Ganja’ Digunakan untuk Kepentingan Pribadi

Jika saya balikkan lagi pernyataan Pak Buwas dalam video tersebut, sebenarnya siapakah yang berpikir untuk kepentingannya sendiri? Budi Waseso kah? ataukah LSM atau organisasi masyarakat yang menyuarakan pemanfaatan ganja?

Asumsi pribadi saya mengatakan bahwa Pak Buwas lah yang mengambil keuntungan dari nama ‘ganja’ dalam salah satu menu kopi andalannya. Sebab, jika memang beliau tidak mengetahui betul manfaat ganja, maka beliau tidak mungkin menamai salah satu kopinya dengan nama ‘Kopi Ganja’.

Dan jika memang menurut Buwas bahwa ganja itu buruk, pastinya Buwas tidak ingin menamai salah satu jenis kopinya dengan nama ‘Kopi Ganja’. Logika sederhana ini menjadi asumsi kuat bahwa beliau berniat mencari keuntungan dari nama ‘ganja’.

Dalam video tersebut, pembawa acara sempat bertanya, “tadi anda mengatakan sebelum jeda bahwa BNN bekerjasama dengan Menteri Kesehatan sedang melakukan penelitian Pak Budi?”.

Jawab Buwas, “ya demikian, kita ingin mengetahui apakah benar yang disampaikan oleh saudara Fidelis bahwa itu adalah pengaruhnya dengan pengobatan istrinya yg sedang sakit.

“Namun sampai tahun 2020, jawaban tersebut tidak ada dan sepertinya Menteri Kesehatan dan BNN seperti enggan mencari tahu manfaat medisnya..”

Tidak ada yang salah jika beliau menamai salah satu kopinya dengan nama ‘ganja’, tapi ada kekecewaan dalam hati karena penelitian ganja yang dilakukan antara BNN dan Menteri Kesehatan seperti yang beliau katakan waktu masih menjabat sebagai kepala BNN, sampai saat ini tidak ada jawabannya.

Singkat cerita, Pak Buwas memakai nama ‘ganja’ di salah satu menu kopinya. Saya berharap pak Buwas bukan hanya memakai nama ‘ganja’ untuk menamai kopinya, tapi juga mendukung manfaat ganja untuk menyejahterakan bangsa Indonesia. Saya percaya beliau mengetahui betul manfaat yang dimiliki ganja, sehingga beliau menamai salah satu kopinya dengan nama ‘kopi ganja’.

Tinggalkan komentar

Sharing is caring